WALIKOTA : PELAJAR KOTA JANGAN “KATROK”
Menyikapi terjadinya kasus tawuran antar pelajar yang terjadi di Kota Yogyakarta akhir-akhir ini, Walikota Yogyakarta H. Herry Zudianto dan Kapoltabes Yogyakarta belum lama ini menggelar dialog dengan para Kepala Sekolah, Pengurus OSIS dan perwakilan siswa SMA/SMK se Kota Yogyakarta bertempat di Ruang Utama Atas Balaikota. Melalui forum ini, Walikota ingin mengetahui persoalan, kegelisahan dan kegerahan apa yang dirasakan para pelajar sehingga memicu aksi tawuran antar pelajar. Hal ini sebagai wujud komitmen keseriusan Walikota terhadap dunia pendidikan di Kota Yogyakarta.
“Nasib bangsa Indonesia ditentukan oleh persatuan dari kebhinnekaannya, untuk itu para pelajar diharapkan dapat menyelesaikan perselisihan diantara mereka secara baik sesuai dengan kadar intelektualitas. Janganlah para pelajar menyelesaikan persoalannya dengan “katrok”, terang Walikota ketika mengawali dialognya.
Salah seorang pelajar dari SMA Muhamadiyah 2 Yogyakarta, Said Priambodo mengemukakan bahwa tawuran pelajar yang terjadi di Kota Yogyakarta sudah seperti budaya dimana antara sekolah satu dengan sekolah lain mempunyai sebuah geng. Dan antar geng tersebut mempunyai dendam turun temurun yang sulit untuk dihapuskan. Namun sebenarnya jika mempunyai komitmen yang kuat untuk maju maka hal tersebut dapat dihindari. Said Priambodo berpendapat bahwa perilaku tawuran pelajar terjadi karena pengetahuan pelajar tentang bagaimana membangun kepercayaan diri (building self confident) masih sangat kurang sehingga membuat mereka mudah terpengaruh. Untuk itu, Said mengusulkan agar Pemkot mengadakan kegiatan menggambar mural bersama yang diikuti oleh anggota geng yang ada di sekolah-sekolah sehingga akan memunculkan rasa memiliki diantara mereka untuk memelihara dan menjaga mural tersebut.
Menanggapi hal tersebut Walikota menyatakan siap mengback up setiap kreativitas para pelajar Yogya. Namun sebenarnya berbagai solusi diharapkan berasal dari para pelajar karena sebenarnya mereka yang mengetahui secara pasti segala permasalahan yang dihadapi. Untuk permasalahan yang lebih besar dan menyangkut kebijakan dan fasilitas umum, itu adalah tugas Walikota memenuhinya.
Dalam kesempatan yang sama, Kapoltabes Yogyakarta Kompbespol Drs. Agung Budi Maryoto, MSi memberi pengarahan beberapa aspek yang mempengaruhi tindakan dan perilaku generasi muda yang dapat menentukan pembentukan karakter anak. Jika tidak ada arahan dengan baik maka dapat memicu timbulnya perilaku negatif.
Lebih lanjut Kapoltebes menegaskan bahwa jajaran Kepolisian dan Walikota sepakat untuk tidak segan-segan melakukan penegakan aturan hukum terkait aksi kenakalan remaja. Diantaranya aksi tawuran pelajar yang berdampak pada keresahan masyarakat khususnya yang berbau kriminalitas.
Walikota menambahkan bahwa saat ini Pemkot sedang menggodok aturan termasuk diantaranya menyangkut pemberian sanksi yang bersifat mendidik dari sekolah. Hal ini sebagai upaya menseriusi gejala tawuran yang mungkin muncul kembali. Pemkot berencana memanggil para orang tua pelajar yang terlibat tawuran, karena yang terjadi jika pihak sekolah memberi sanksi kepada pelajar, malah pihak orang tua datang ke sekolah melakukan protes sembari membawa pengacara. Hal ini adalah tindakan yang tidak mendidik, karena perilaku yang salah tetapi tetap dibela, jelas Walikota.
http://mediainfokota.jogjakota.go.id/detail.php?berita_id=101
Menyikapi terjadinya kasus tawuran antar pelajar yang terjadi di Kota Yogyakarta akhir-akhir ini, Walikota Yogyakarta H. Herry Zudianto dan Kapoltabes Yogyakarta belum lama ini menggelar dialog dengan para Kepala Sekolah, Pengurus OSIS dan perwakilan siswa SMA/SMK se Kota Yogyakarta bertempat di Ruang Utama Atas Balaikota. Melalui forum ini, Walikota ingin mengetahui persoalan, kegelisahan dan kegerahan apa yang dirasakan para pelajar sehingga memicu aksi tawuran antar pelajar. Hal ini sebagai wujud komitmen keseriusan Walikota terhadap dunia pendidikan di Kota Yogyakarta.
“Nasib bangsa Indonesia ditentukan oleh persatuan dari kebhinnekaannya, untuk itu para pelajar diharapkan dapat menyelesaikan perselisihan diantara mereka secara baik sesuai dengan kadar intelektualitas. Janganlah para pelajar menyelesaikan persoalannya dengan “katrok”, terang Walikota ketika mengawali dialognya.
Salah seorang pelajar dari SMA Muhamadiyah 2 Yogyakarta, Said Priambodo mengemukakan bahwa tawuran pelajar yang terjadi di Kota Yogyakarta sudah seperti budaya dimana antara sekolah satu dengan sekolah lain mempunyai sebuah geng. Dan antar geng tersebut mempunyai dendam turun temurun yang sulit untuk dihapuskan. Namun sebenarnya jika mempunyai komitmen yang kuat untuk maju maka hal tersebut dapat dihindari. Said Priambodo berpendapat bahwa perilaku tawuran pelajar terjadi karena pengetahuan pelajar tentang bagaimana membangun kepercayaan diri (building self confident) masih sangat kurang sehingga membuat mereka mudah terpengaruh. Untuk itu, Said mengusulkan agar Pemkot mengadakan kegiatan menggambar mural bersama yang diikuti oleh anggota geng yang ada di sekolah-sekolah sehingga akan memunculkan rasa memiliki diantara mereka untuk memelihara dan menjaga mural tersebut.
Menanggapi hal tersebut Walikota menyatakan siap mengback up setiap kreativitas para pelajar Yogya. Namun sebenarnya berbagai solusi diharapkan berasal dari para pelajar karena sebenarnya mereka yang mengetahui secara pasti segala permasalahan yang dihadapi. Untuk permasalahan yang lebih besar dan menyangkut kebijakan dan fasilitas umum, itu adalah tugas Walikota memenuhinya.
Dalam kesempatan yang sama, Kapoltabes Yogyakarta Kompbespol Drs. Agung Budi Maryoto, MSi memberi pengarahan beberapa aspek yang mempengaruhi tindakan dan perilaku generasi muda yang dapat menentukan pembentukan karakter anak. Jika tidak ada arahan dengan baik maka dapat memicu timbulnya perilaku negatif.
Lebih lanjut Kapoltebes menegaskan bahwa jajaran Kepolisian dan Walikota sepakat untuk tidak segan-segan melakukan penegakan aturan hukum terkait aksi kenakalan remaja. Diantaranya aksi tawuran pelajar yang berdampak pada keresahan masyarakat khususnya yang berbau kriminalitas.
Walikota menambahkan bahwa saat ini Pemkot sedang menggodok aturan termasuk diantaranya menyangkut pemberian sanksi yang bersifat mendidik dari sekolah. Hal ini sebagai upaya menseriusi gejala tawuran yang mungkin muncul kembali. Pemkot berencana memanggil para orang tua pelajar yang terlibat tawuran, karena yang terjadi jika pihak sekolah memberi sanksi kepada pelajar, malah pihak orang tua datang ke sekolah melakukan protes sembari membawa pengacara. Hal ini adalah tindakan yang tidak mendidik, karena perilaku yang salah tetapi tetap dibela, jelas Walikota.
http://mediainfokota.jogjakota.go.id/detail.php?berita_id=101