Senin, 10 Desember 2012

BBC vs DBZ


Sebanyak tujuh pelajar pelaku tawuran diamankan polisi di Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Sleman pada Jumat (11/5).

Mereka adalah pelajar yang terlibat dalam aksi tawuran yang terjadi pada Kamis (10/5) sore di Stadion Maguwoharjo dengan melibatkan pelajar dari SMA N I Depok dan SMA N II Ngaglik. Dari penangkapan itu, polisi berhasil mengamankan senjata tajam berupa pedang dan satu unit Soft Gun.

Ketujuh pelajar yang sebelumnya diamankan Satreskrim Polsek Ngemplak ini, diamankan untuk dimintai keterangan terkait tawuran tersebut. Kepada polisi, para pelajar mengaku bahwa tawuran terjadi sekitar pukul empat sore di stadion maguwoharjo.

Peristiwa itu berawal ketika sekitar 10 orang pelajar dari SMA N II Ngaglik mendatangi pelajar SMA N I Depok yang saat itu tengah berada di sekitar stadion. Kedatangan 10 pelajar berkendara sepeda motor itu, dibarengi pula dengan lemparan batu yang diarahkan kepada para pelajar yang tengah nongkrong itu.

Tak terima dengan perlakuan tersebut, para pelajar SMAN I Depok pun membalasnya dan melakukan pengejaran hingga ke wilayah pemukiman penduduk di daerah Tajem, Maguwoharjo. Ditempat ini, motor yang dikendarai kedua kelompok pelajar sama - sama terjatuh. Kemudian pecahlah tawuran kembali.

Warga sekitar yang merasa terganggu dengan ulah para pelajar kemudian mencoba melerai dan melakukan pengejaran terhadap para pelajar yang lari kalang kabut. Sementara warga lainnya melaporkan kejadian itu kepada kepolisian sektor Ngemplak.

Tidak lama, polisi dari Polsek Ngemplak datang dan mengamankan sejumlah pelajar. Dalam tawuran tersebut, tiga  pelajar terluka akibat terjatuh. Meliputi BY (16), BM (15) dan FR (15). Mereka sebagian besar mengalami luka pada bagian tangan. Tak hanya mengamankan tiga pelajar, di sekitar TKP, polisi juga menemukan sebilah pedang dan satu pistol, yang diduga pistol softgun.

“Yang kita amankan pistol Sofgun, 5 motor, satu pedang. Kasusnya sudah kita limpahkan ke Polres Sleman,” kata Panit Reskrim Polsek Ngemplak Aiptu Bambang.


http://jogja.tribunnews.com/2012/05/11/polisi-amankan-tujuh-pelajar-sma-di-sleman
Read More..

Iki po GMH?


Dua pelajar SMA Gama Jl Ibu Ruswo Gondomanan Yogyakarta, Wijaya (17) dan Bagus (16), keduanya warga Salamrejo Sentolo Kulonprogo, diamankan petugas di Jl Kusumanegara, Selasa (18/9/2012) pukul 12.45.

Pasalnya, di saat jam sekolah, keduanya kedapatan membawa kayu pentungan di jalan. Diduga keduanya hendak tawuran. Informasi dihimpun, keduanya lalu dibawa ke Mapolresta Yogyakarta untuk mengikuti pembinaan.

Semula dua siswa itu berada di antara pelajar lain yang bergerombol dengan 10 sepeda motor di Jl Kusumanegara. Mereka melaju ke arah timur. Petugas yang melihat curiga karena beberapa membawa pentungan. Petugas lalu mencegat mereka. Sementara dua orang diamankan, yang lain kabur.

http://jogja.tribunnews.com/2012/09/18/diduga-hendak-tawuran-dua-pelajar-sma-gama-diamankan


Diduga hendak tawuran, 2 pelajar SMA swasta di Yogya yaitu Rosa Wijaya (17) dan Bagus (16) diamankan di Polresta Yogyakarta, Selasa (18/9). Karena saat ditangkap, pelajar tersebut membawa tongkat pemukul.

Awalnya sekitar pukul 12.45, kedua pelajar itu bersama teman-temannya menggunakan sekitar 10 sepeda motor berjalan ke arah timur Jalan Kusumanegara. Diduga hendak tawuran karena ada yang membawa tongkat kayu, petugas langsung menghadangnya. Namun hanya 2 tersangka yang berhasil diamankan, sedangkan lainnya berhasil kabur. Selanjutnya kedua pelajar dibawa ke Polresta Yogyakarta untuk dilakukan pembinaan.


http://krjogja.com/read/143557/hendak-tawuran-2-pelajar-sma-diamankan.kr
Read More..

Senin, 03 Desember 2012

Hei! Cah ngendi kowe?

Memalukan, tawuran antar pelajar masih saja terjadi. Tawuran terjadi di Jalan Atmosukarto Kotabaru (dekat Mapolsek Danurejan) Yogyakarta, Sabtu (1/6/2012).

Ceritanya, saat itu sekitar 7 orang pelajar sebuah SMU di Yogyakarta melakukan konvoi bersama dari arah jembatan layang Lempuyangan (dari selatan). Sesampai pertigaan Jalan Atmosukarto mereka berpapasan dengan rombongan motor pelajar lain yang melaju dari arah utara.

Rombongan pelajar yang berjumlah sekitar 10 orang tersebut menanyakan kepada rombongan pelajar yang berpapasan "Hei !! Cah ngendi kowe?" (Hei, anak (SMU) mana kalian). Belum sampai dijawab, mereka melempari batu. Yang dilempar pun membalas, sehingga terjadilah aksi saling lempar batu.

Melihat hal tersebut, petugas Polsek Danurejan segera mengamankan dan membubarkan tawuran. Merekapun lantas kocar-kacir melarikan diri. Namun petugas berhasil mengamankan 3 pelajar. Ketiganya kedapatan membawa senjata jenis besi stik yang bisa dipanjangkan sampai 40 cm (2 buah) dan sajam jenis clurit 1 buah berdiameter 30 cm.

http://krjogja.com/read/152927/tawur-tiga-pelajar-diamankan.kr
Read More..

Masih kecil aja sudah "kemaki"

Polsek Wirobrajan berhasil menggagalkan rencana aksi tawuran yang akan dilakukan oleh SMP swasta di wilayah Wirobrajan, Kamis (22/11). Dalam razia sepeda motor, petugas menemukan dua besi, satu gir dan satu botol bekas miras yang ditaruh di dalam jok sepeda motor.

Kapolsek Wirobrajan Aryuniwati mengungkapkan, petugas mendapat informasi para siswa SMP di Wirobrajan akan menyerang siswa SMP di wilayah Danurejan. Kemudian petugas bersama guru langsung melakukan swiping sepeda motor milik para pelajar.

"Sepeda motor yang diparkir di sekitar sekolah langsung kami periksa dan didapatkan barang bukti. Selanjutnya enam sepeda motor diamankan di Polsek Wirobrajan," tegas Aryuniwati.

Selanjutnya, petugas akan memanggil orang tua siswa untuk melakukan pembinaan dan mengambil sepeda motor. Agar rencana aksi tawuran tidak terjadi kembali, karena sangat membahayakan.

http://kedaulatanrakyat.co.id/read/151698/polsek-wirobrajan-gagalkan-rencana-tawuran-pelajar.kr
Read More..

Polisi makin beringas

Terlibat tawuran di Jembatan Gondalayu, Sabtu (22/9), 7 pelajar dari 2 SMA swasta di Yogya masih diamankan di Polsek Gondokusuman. Selanjutnya, para pelajar tersebut dilakukan pembinaan.

Kapolsek Gondokusuman Kompol Edy Sugiharto SE mengatakan, awalnya satu rombongan pelajar SMA  berjalan dari arah timur depan Pos lantas Simanjuntak dan rombongan pelajar SMA satunya dari arah selatan. Kemudian 2 rombangan SMA itu bertemu di jembatan Gondolayu dan terjadi tawuran.

"Melihat terjadi tawuran, anggota lantas Gondokusuman yang bertugas di Pos Simanjuntak di bantu warga melerai. Selanjutnya mengamankan para pelajar yg terlibat tawuran," kata Edy.

http://krjogja.com/read/144162/tawuran-7-pelajar-masih-diamankan.kr
Read More..

Belum aksi, udah basi

Diduga hendak tawuran, 2 pelajar SMA swasta di Yogya yaitu Rosa Wijaya (17) dan Bagus (16) diamankan di Polresta Yogyakarta, Selasa (18/9). Karena saat ditangkap, pelajar tersebut membawa tongkat pemukul.

Awalnya sekitar pukul 12.45, kedua pelajar itu bersama teman-temannya menggunakan sekitar 10 sepeda motor berjalan ke arah timur Jalan Kusumanegara. Diduga hendak tawuran karena ada yang membawa tongkat kayu, petugas langsung menghadangnya. Namun hanya 2 tersangka yang berhasil diamankan, sedangkan lainnya berhasil kabur. Selanjutnya kedua pelajar dibawa ke Polresta Yogyakarta untuk dilakukan pembinaan.

http://krjogja.com/read/143557/hendak-tawuran-2-pelajar-sma-diamankan.kr
Read More..

Minggu, 02 Desember 2012

Roever VS CBZ, eastside action


Tawuran pelajar yang terjadi di depan SMA 8 Yogyakarta antara murid SMA 5 Yogyakarta dan siswa setempat, Kamis (2/8) siang tadi dipicu karena saling ejek antar mereka. Kapolsekta Umbulharjo, Kompol Tri Sugihartana menegaskan permasalahan ini bukan dendam lama antara kedua sekolah namun murni terjadi secara sepontan.

“Satu pihak sedang nongkrong, pihak lain lewat kemudian terjadilah saling ejek untuk membuktikan eksistensinya,” tegas Tri di Mapolsekta Umbulharjo.

Tawuran meluas berhasil dicegah setelah Polisi tiba di lokasi kejadian. Dalam perang batu antar pelajar yang terjadi sekitar pukul 14.30 WIB tersebut petugas berhasil mengamankan empat orang siswa SMA 5 beserta dua unit sepeda motornya, sementara seorang murid SMA 8 harus mendapatkan perawatan intensif setelah menderita luka sobek pada bagian telinganya.

“Tidak ada kerusakan yang terjadi di SMA 8. Saat ini beberapa anggota masih kami tempatkan di lokasi kejadian untuk menghindari bentrok susulan,” katanya.

http://krjogja.com/read/138003/tawuran-dipicu-saling-ejek.kr


Puluhan siswa SMA 5 Yogyakarta dan SMA 8 Yogyakarta terlibat perang batu di kawasan Jalan Kenari, Umbulharjo tepatnya di depan SMA 8 Yogyakarta. Dalam kejadian ini Polisi mengamankan empat orang pelajar dari SMA 5 yang diduga sebagai pemicu tawuran.

Tawuran tersebut terjadi sekitar pukul 14.30 WIB saat jam pulang sekolah. Rombongan siswa SMA 5 dengan sepeda motor mendatangi SMA 8 dan sesampainya di lokasi langsung melempari pelajar yang tengah berkumpul di depan halaman sekolah.

Mendapatkan perlawanan, pelajar SMA 5 kocar-kacir dan empat diantaranya berhasil diamankan petugas yang tengah patroli. Polisi juga mengamankan sepeda motor Suzuki Satria FU AB-2176-AB dan Honda Supra AB-2392-SK keduanya milik siswa SMA 5.

“Pelajar yang diamankan masing-masing Tg, Ig, Mh dan Ys. Kedua unit sepeda motor telah kami amankan di mapolsek,” tegas Kapolsekta Umbulharjo, Kompol Tri Sugihartana.

Polisi berencana akan memanggil orang tua para siswa yang diamankan serta guru dari kedua sekolah untuk menyelesaikan tawuran pelajar ini. “Penanganannya dengan kami beri pembinaan terlebih dahulu,” terangnya.

http://krjogja.com/read/137992/siswa-sma-5-dan-8-tawur.kr



SMAN 8 Yogyakarta menjadi sasaran amukan sekitar sembilan pelajar berkendara sepeda motor, Kamis (2/8/2012) pukul 14.00. Seorang pelajar kelas XII IPA bernama Belfa K Yudianto mengalami luka pada telinga kiri akibat lemparan batu. Bagian luka itu akhirnya mendapat dua jahitan.

Serangan itu diduga dilakukan kelompok pelajar SMAN 5 Yogyakarta. Seorang anggota kelompok yang tertangkap petugas karena terjatuh dari sepeda motor, mengaku kepada petugas sebagai pelajar SMAN 5 Yogyakarta. Pelajar tertangkap itu berinisial Ik.

Dalam pengakuannya, dia bersama 8 pelajar lainnya datang ke SMAN 8 untuk membalas perbuatan pelajar SMA 8 beberapa waktu sebelumnya. Menurutnya, pelajar SMAN 5 pernah diadang pelajar SMAN 8 itu. Namun demikian, Ik mengaku hanya membantu teman lainnya menuju lokasi dan tidak ikut melempar baru.

Saat itu usai melempari SMAN 8, sembilan pelajar itu lantas melarikan diri dengan sepeda motor. Namun Ik terjatuh, sementara teman lainnya berhasil kabur. Ik lantas diamankan petugas Polsekta Umbulharjo.

Sejak kejadian itu, pihak SMAN 8 bermaksud meningkatkan pengamanan. Kejadian itu disayangkan karena bertepatan dengan Ramadan. Para siswanya tetap dilarang untuk membalas atau melakukan perkelahian. Informasi dihimpun, korban pelemparan itu, Bisfa, dikenal sebagai anak pendiam. Hanya kebetulan saja posisinya baru saja turun mobil dan bersamaan dengan kejadian.

http://jogja.tribunnews.com/2012/08/02/balas-dendam-satu-siswa-sman-8-yogyakarta-terluka
Read More..

Selasa, 16 Oktober 2012

Kasian Banget Sampe Harus Lapor, Njijiki

Pihak sekolah SMAN 2 Sleman membentuk tim investigasi untuk mencari tahu siapa pelaku pengeroyokan salah satu siswanya, Yosep. Diperoleh keterangan bahwa pelaku adalah anak-anak sekolah salah satu SMA di Kecamatan Pakem.

Kepala Sekolah SMAN 2 Sleman Subagyo saat ditemui Harian Jogja mengaku sudah melakukan pengusutan atas kasus penganiayaan itu.
Menurutnya, pelaku sudah diketahui berjumlah 20 orang. Berasal dari salah satu SMA di pakem. Pihaknya juga sudah melakukan pembicaraan dengan guru maupun pihak sekolah yang diduga melakukan penganiayaan.

“Sudah kita bicarakan dan kita musyawarahkan dengan pihak sekolah di Pakem. Keputusannya ya melaporkan kejadian ini kepada pihak kepolisian,” kata Subagyo.

Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMAN 2 Sleman Sukur menambahkan, jalan kekeluargaan sudah dtempuh dan sempat namun karena karena tidak ada respon dari pihak keluarga pelaku maka kasus itu pun terpaksa dilaporkan ke polisi.

Kapolsek Mlati Kompol Sudaryono mengaku baru menerima laporan dugaan penganiayaan yang diduga dilakukan sekelompok pelajar. Pihaknya masih melakukan penylidikan untuk mengungkap para pelaku.




http://www.solopos.com/2012/10/11/pengeroyokan-siswa-sma-2-sleman-bentuk-tim-investigasi-338041
Read More..

Senin, 10 September 2012

Sedikit Berita yang Tertinggal Waktu Lulusan 2012 Kemaren

Bentrokan Pelajar Tak Terhindarkan di Wolter Monginsidi
Yogyakarta, Kompas - Meski sudah diimbau untuk tidak melakukan coret-coret seragam dan konvoi kendaraan, ratusan siswa yang lulus ujian nasional tetap melakukannya pada hari pengumuman hasil UN SLTA, Rabu (13/6). Mereka berkeliling sekitar kota sambil membunyikan klakson dan mem-bleyer- mbleyer suara kendaraan dengan keras.
Menurut sejumlah siswa, hal itu mereka lakukan sebagai ungkapan kegembiraan karena berhasil lulus Ujian Nasional (UN) 2007. Namun, ulah itu disesalkan oleh warga dan kepala sekolah. "Pelajar kok bersikap tidak tertib begitu. Apa ini hasil pendidikannya. Itukan mengganggu, membuat warga miris," kata Maryati, ibu rumah tangga yang terpaksa meminggirkan sepeda motor yang ia kendarai ketika serombongan pelajar melintas di Jalan Kenari.
Arak-arakan siswa dengan baju penuh coret-coret terus berlangsung sampai sore hari. Bahkan, kadang-kadang bentrokan perkelahian antarapelajar tak terhindarkan. Ini seperti yang disaksikan Kompas di pertigaan Borobudur Plaza, tepatnya di ujung Jalan Wolter Monginsidi, pukul 15.30.
Sekelompok anak SMA dari barat tiba-tiba melempar batu serta menyerbu sekelompok anak SMA yang datang dari timur. Di tengah keramaian lalu lintas, kelompok anak dari timur dipepet, beberapa terjatuh di trotoar jalan sebelah selatan. Mereka dilempar batu sekepalan tangan dan satu siswa yang terjatuh kemudian diinjak beramai-ramai. Untung ada warga yang memisahkan perkelahian tak seimbang itu sehingga keadaan tak berkembang menjadi semakin anarkis. Belum diketahui luka-luka anak yang terjatuh tersebut.

*Mana vs mana nih? :o

http://ipbfans.blogspot.com/2008/12/konvoi-tetap-warnai-pengumuman.html
Read More..

Tawuran Pelajar SMA

Tawuran yang terjadi antar pelajar dikarenakan kondisi usia mereka ingin menunjukkan jati diri mereka, ingin lebih dikenal dengan sebutan berani, keren, dan solider. Tawuran bisa terjadi karena hal-hal remeh yang diperbesar oleh pihak lawan dengan membalasnya entah itu memaki, menghina, memukul, dsb. Nah karena dilakukan banyak orang maka dinamai tawuran.
Terus gimana dengan tawuran antar mahasiswa, tawuran antar kampung, wajar gak sih? Aku bilang semuanya enggak wajar loh. Kenapa? Menurutku, tawuran adalah hasil dari otak primitif kita. Jadi begini, menurut ahli neuorologi bernama Paul MacLean, di kepala kita ada tiga jenis otak yang disebutnya sebagai “triune brain”. Otak paling rendah bernama otak reptil yang kadang disebut sebagai “otak primitif”. Otak yang lebih tinggi dari otak reptil dinamai otak mamalia atau disebut sebagai “otak tengah” (midbrain). Otak paling canggih adalah otak bahasa yang terletak di posisi paling atas dan terdiri atas lipatan-lipatan (neocortex). Ketiga otak ini saling berkaitan sekaligus ketiganya juga punya fungsi sendiri-sendiri.Otak primitif mengatur fisik kita untuk bertahan hidup, mengelola gerak refleks, mengendalikan gerak motorik, memantau fungsi tubuh, dan memproses informasi yang masuk dari pancaindera. Saat menghadapi ancaman atau keadaan bahaya, bersama dengan otak tengah, otak primitif menyiapkan reaksi “hadapi atau lari” (fight or flight response) bagi tubuh. Sehingga kita akan bereaksi secara fisik dan emosi lebih dulu sebelum otak bahasa/pikir sempat memproses informasi.
Itu menandakan tawuran hanya sekedar aksi reaksi ajah gak mikir dulu. Semua hewan juga melakukan loh, coba aja gangguan kucing tetangga, pasti dicakar kan. Itu sih primitif banget. Terutama mahasiswa yang tawuran itu, mereka kan lebih terpelajar, seharusnya lebih mengedepankan rasio daripada emosi. Akibatnya yah saling serang kampus deh. What’s wrong with all of you? Biaya kuliah mahal loh, sebaiknya mikirin masa depan dulu deh daripada berantem gak jelas apa yang mau dibela. Harga diri? Lebih punya harga diri jika sama-sama menang di medan dialog yang menghasilkan solusi damai tanpa merusak.
Terus gimana cara ngatasi tawuran, minimal diri kita gak ikut-ikut? Coba baca yang berikut ini.
Menurut MacLean, dan juga para pakar lain seperti Michael Persinger (penemu God Spot), Danah Zohar dan Ian Marshall (pengembang dan peneliti Spiritual Intelligence), serta peneliti lain, jJika kita tidak memiliki kecakapan berpikir, mustahil kita dapat mengendalikan otak yang ada di tengah (otak emosi) dan otak primitif. Apabila kita tidak dapat mengendalikan otak emosi (tidak mampu merenung atau berefleksi), maka otak emosi ini akan memola cara bersikap kita. Jika ada hal-hal yang tidak menyenangkan diri kita, kita langsung marah atau menunjukkan kebencian. Ini tentu akan mendatangkan kerugian bagi diri kita karena akan mengganggu hubungan atau kerja sama dengan orang lain.
Artinya apa tuh? Kita harus memiliki kecakapan berpikir dulu, sehingga bisa mengendalikan otak emosi dan otak primitif. Bagaimana caranya? Dengan belajar mengenali dan menemukan informasi, mengolahnya, dan mengambil keputusan, serta memecahkan masalah secara kreatif. Nah itu dibutuhkan kesabaran. Artinya jangan terpancing emosi, olah dulu, sintesis dulu, temukan solusi kreatif baru bertindak. Jangan udah gebukin eh ternyata kita yang keliru. Jadi orang yang sabar yah. Kalo ada yang memicu mending kabur aja deh gak usah ikut-ikutan, kalo ikut maka sendiri rugi dan kita juga sama saja dengan orang yang memicu tawuran.

http://ipbfans.blogspot.com/2008/12/tawuran-pelajar-sma.html
Read More..

Kamis, 28 Juni 2012

Tawuran Pelajar di Maguwoharjo, Polisi Amankan Pistol dan Sajam

Satreskrim Polsek Ngemplak mengamankan sebuah pistol dan senjata tajam (sajam) berupa pedang dalam tawuran antara sejumlah pelajar SMAN 1 Depok dan SMAN 2 Ngaglik, Kamis (10/5) sore kemarin, di sekitar Stadion Maguwoharjo.

Kasus tawuran kedua kelompok pelajar ini langsung ditangani Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Sleman. Sedikitnya tujuh pelajar dimintai keterangan terkait tawuran tersebut.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Harian Jogja, tawuran kedua kelompok pelajar SMAN itu terjadi pukul 16.00 WIB di sekitar Stadion Maguwoharjo. Peristiwa bermula, saat kelompok pelajar SMAN 1 Depok sedang nongkrong di depan Stadion seusai pulang sekolah. Tiba-tiba datang kelompok pelajar SMAN 2 Ngaglik sekitar 10 motor langsung melempari batu.

Meski tidak ada yang terkena lemparan batu, pelajar SMAN 1 Depok pun membalasnya dan melakukan pengejaran sampai pada permukiman warga hingga kawasan Tajem Maguwoharjo.

“Di Tajem ini motor mereka (pelajar SMAN 1 Depok) jatuh dan kami juga terjatuh,” kata NK, 19, pelajar kelas 3 SMAN 2 Ngaglik kepada wartawan di Mapolres Sleman, Jumat (11/5).

Warga sekitar TKP yang merasa terganggu mencoba melerai dan melakukan pengejaran.

Tidak lama berselang, anggota Polsek Ngemplak datang dan mengamankan sejumlah pelajar.

Dalam tawuran tersebut, tiga pelajar terluka akibat terjatuh, adalah BY, 16, BM, 15, dan FR, 15. Rata-rata mengalami luka pada bagian tangan. Di sekitar TKP, polisi menemukan sebilah pedang dan satu pistol, yang diduga pistol air softgun.


(BBC vs DBZ)
http://www.harianjogja.com/2012/harian-jogja/sleman-2/tawuran-pelajar-di-maguwoharjo-polisi-amankan-pistol-dan-sajam-185088
Read More..

TAWURAN PELAJAR: 4 Siswa Sempat Diciduk di Kotabaru

Tawuran pelajar kembali terjadi di dua lokasi yang berbeda, yakni di Jalan KH Ahmad Dahlan, Notoprajan, Ngampilan, depan toko Indomaret dan seputaran Kotabaru. Polisi tidak bisa mendeteksi asal sekolah para pelajar tersebut karena tawuran hanya berlangsung singkat.
Kepala Sentra Pelayanan Kepolisian (KSPK) Polresta Jogja, Aiptu Haryana mengatakan, tidak ada korban maupun kerusakan akibat tawuran. Pihak kepolisian sempat mengamankan empat siswa salah satu SMP di Jogja. Tapi setelah dimintai keterangan, mereka dilepaskan lagi.
“Tadi kami ciduk empat anak yang sedang makan di sekitar Jalan KH Ahmad Dahlan. Tapi karena mereka tidak tahu apa-apa kemudian diambil Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan mereka,” kata Haryana, Sabtu (28/4).
Ia menjelaskan, kejadian berlangsung sekitar pukul 13.30 WIB. Berdasarkan informasi saksi, para pelajar itu mengendarai sepeda motor dan melemparkan batu kepada masyarakat di sekitarnya. Termasuk para tukang parkir, dan pelajar yang sedang berada di daerah tersebut.
Selain di Ngampilan, wilayah Kotabaru juga terjari tawuran pelajar namun hanya terjadi sebentar. “Tapi tidak kami ketahui dari mana para pelajar itu. Otomatis kalau mereka tawuran pasti menyelamatkan diri masing-masing,” kata Haryana.


http://www.harianjogja.com/2012/harian-jogja/kota-jogja/tawuran-pelajar-4-siswa-sempat-diciduk-di-kotabaru-181811
Read More..

Rabu, 27 Juni 2012

Tawuran Pelajar Warnai Pesta Kelulusan

Kegembiraan siswa merayakan kelulusan diwarnai aksi tawuran. Ratusan siswa SMK PIRI dan beberapa dari sekolah lain, menyerbu siswa SMA Muhammadiyah 2 di Jalan Kapas, Yogyakarta, Sabtu (26/5). Aksi berhasil dihalau petugas setelah petugas melepas tembakan peringatan.

Kontak fisik kedua belah pihak sempat terjadi meski tidak lama. Mereka saling lempar satu dengan yang lain hingga sempat mengganggu pengguna jalan yang melintas. Namun massa pelajar tersebut bubar setelah petugas melepas tembakan peringatan. Setidaknya 27 siswa diamankan petugas dari lokasi. Petugas juga mengamankan alat berupa linggis dan gir.

Menanggapi terjadinya aksi tawuran pelajar, Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, Edi Heri Suasana merasa kecolongan. Pasalnya jauh hari pihaknya telah berkoordinasi dengan sekolah-sekolah dan menghimbau agar pesta kelulusan dirayakan dengan hal-hal positif.

(STEPIRO vs RANGER)
http://new.jogjatv.tv/berita/26/05/2012/tawuran-pelajar-warnai-pesta-kelulusan
Read More..

Rayakan Kelulusan, Siswa Dua Sekolah Malah Tawuran

Puluhan siswa SMK Piri 1 Yogyakarta siang ini terlibat bentrokan dengan siswa SMA Muhammadiyah 2 (Muha) Yogyakarta, di kawasan jalan Kapas Yogyakarta. Dua orang siswa SMK Piri terluka (berdarah) akibat terkena lemparan batu dan benda lainnya.

Kejadian bermula saat rombongan konvoi SMK Piri 1 melewati kawasan Jalan Kapas Yogyakarta, tempat SMA Muhammadiyah 2 berada. Tidak jelas siapa yang memulai, namun akhirnya kedua kubu siswa yang merayakan kelulusan saling melempar batu, dimana ada beberapa yang juga terlibat baku hantam.

Pihak kepolisian kali ini bereaksi cepat, dengan segera mendatangi lokasi dan mengamankan siswa yang bertikai. Sebanyak 27 siswa diamankan ke Kantor Polresta Yogya menggunakan truk. Sebenarnya ada 28 yang diamankan, namun satu siswa berhasil melarikan diri.

Dari tangan siswa, diamankan barang bukti dua buah linggis, satu clurit, dan gear motor yang dijadikan senjata. Oleh kepolisian, para siswa dijemur di halaman Polresta selama sekitar satu jam, sebelum akhirnya didata dan diberi makan siang.

Salah seorang siswa yang bertikai, Satrio dari SMK Piri 1 menerangkan, para siswa sekolahnya baru saja selesai konvoi berkeliling Yogya, dan hendak kembali ke sekolahnya melewati Jalan Kapas, yang tak terlalu jauh dari SMK Piri 1. Namun ketika rombongan melewati SMA Muhammadiyah 2, langsung ada hujanan lemparan batu dari siswa sekolah tersebut.

"Kami mencoba melawan, tapi lalu melarikan diri, sampai ada dua motor tertinggal. Kamipun lalu kembali untuk mengambil motor dan membalas mereka," ujarnya.

Sementara, penjaga SMA Muhammadiyah 2, Nuryono menuturkan, kejadian berlangsung ketika ia hendak melangsungkan shalat dhuhur. Namun mendengar ada riuh kendaraan di sekitar sekolah, ia langsung menutup gerbang sekolah demi keamanan. "Para siswa dari Piri ini yang lebih dahulu melempar baru. Saya tahu mereka dari Piri karena membawa bendera dengan tulisan itu," ujarnya.


(STEPIRO vs RANGER)
http://krjogja.com/read/130045/rayakan-kelulusan-siswa-dua-sekolah-malah-tawuran.kr
Read More..

Rayakan Kelulusan, Pelajar Di Jogja Malah Tawuran

Sebanyak 30 pelajar di Kota Yogyakarta diamankan Polres Kota Yogyakarta karena terlibat tawuran antara SMK Negeri I Piri, SMK 5, dan SMA Muhammadiyah 2, Sabtu (26/5/2012) sekitar pukul 11.30 WIB. Polisi juga menyita barang bukti berupa celurit, gir motor, besi ukuran satu meter sebanyak lima buah.

Kejadian ini berawal saat 200 siswa-siswi SMK Negeri I Piri melakukan aksi konvoi damai memutari Stadion Mandalakrida untuk merayakan kelulusan. Sesampainya di depan SMA Muhammadiyah 2, peserta konvoi dilempari batu dan dua motor dirusak. Akibat kejadian ini, dua pelajar SMK Piri mengalami luka cukup serius.

Kepala Bidang Pendidikan Menengah Dinas Pendidikan Kota Yogyakata Suhartati menyayangkan aksi tawuran itu. Insiden itu terjadi karena siswa tak mengikuti imbauan Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta agar para siswa tidak melakukan konvoi setelah pengumuman kelulusan.

“Kejadian ini sebagai pembelajaran kita semua bahwa ke depannya setiap sekolah mampu mengarahkan siswanya untuk melakukan hal positif untuk merayakan kelulusan,” kata Suhartati, Sabtu.

Pelajar yang diamankan polisi, Satrio, mengatakan, tidak ada dendam sama sekali di antara para pelajar yang terlibat tawuran itu. Sebelumnya, para siswa SMK N I Piri dan SMA Muh 2 sering bersama-sama melakukan olahraga. “Saya dan teman-teman tidak ada dendam. Hanya saja, tadi saat konvoi, tiba-tiba teman SMA Muh 2 melempari batu dan mengambil dua motor setelah itu dirusak,” kata Satrio.


(STEPIRO - VASCAL vs RANGER)
http://www.uf1.info/2012/05/rayakan-kelulusan-pelajar-di-jogja-malah-tawuran.html
Read More..

Tiga Siswa Luka-luka Akibat Tawuran

Tawuran pelajar di momen kelulusan memakan tiga korban luka. Informasi dihimpun di Polresta Yogyakarta, seorang di antaranya diketahui bernama Ramadhan, siswa SMK Piri Jl Kemuning. Tangan kanannya bengkak, diduga akibat pukulan benda keras.

Dua lainnya seorang siswi SMK Piri dan lainnya siswa SMA Muhammadiyah II Jl Kapas. Keduanya terkena lemparan batu. Saat ini polisi juga sedang meminta keterangan dari siswa tersebut.

Diberikan sebelumnya, siswa merayakan kelulusan diwarnai aksi tawuran. Ratusan siswa SMK Piri dan beberapa dari sekolah lain, menggeruduk siswa SMA Muhamadiyah II di Jl Kapas, Sabtu (26/5) pukul 12.15.

Kontak fisik kedua belah pihak sempat terjadi meski tidak lama. Namun massa pelajar itu lalu bubar setelah petugas melepas tembakan peringatan.


(STEPIRO vs RANGER)
http://jogja.tribunnews.com/2012/05/26/tiga-siswa-luka-luka-akibat-tawuran
Read More..

Usai Pengumuman, Siswa Dua Sekolah Tawuran

Polisi melepaskan tembakan peringatan untuk membubarkan aksi tawuran antar pelajar SMK 1 Piri dengan SMA Muhammadiyah 2, di Jalan Kapas, Jogjakarta, Sabtu (26/5). Dalam tawuran tersebut polisi mengamankan 30 siswa, tiga diantara mengalami luka-luka, serta barang bukti berupa gir motor dan linggis.
Perayaan kelulusan di Jogjakarta diwarnai aksi tidak terpuji siswa-siswa dari SMK Piri 1 dan SMA Muhammadiyah 2 (Muha). Mereka terlibat tawuran setelah menerima pengumuman kelulusan unas kemarin siang sekitar pukul 12.00.

Perkelahian pelajar dari dua sekolah tersebut terjadi di Jalan Kapas, dekat kompleks SMA Muha. Dua pelajar terluka serta 27 siswa ditangkap dan dibawa ke Mapolresta Jogjakarta.

Radar Jogja (JPNN Group) melaporkan, bentrokan bermula ketika puluhan siswa SMK Piri 1 berkonvoi melewati Jalan Kapas, dekat kampus SMA Muha. Saat itu puluhan siswa SMA Muha berada di luar sekolah. Kemudian, dua kelompok tersebut saling ejek. Mereka juga saling lempar batu.

Penjaga SMA Muha Nuryono mengatakan, ketika itu di sekolahnya akan dilaksanakan salat Duhur berjamaah. Namun, mereka dikejutkan raungan konvoi kendaraan yang melintas di depan sekolah. Nuryono segera menutup gerbang sekolah.

’’Para siswa yang berada di luar tersebut yang tiba-tiba melempari kami,’’ ujar Nuryono saat ditemui di pos penjagaan SMA Muha kemarin (26/5). Siswa yang berada di dalam sekolah kemudian membalas melempar. Aksi saling lempar berhenti.

Tak lama berselang siswa SMK Piri 1 kembali datang ke SMA Muha. Jumlahnya lebih banyak daripada rombongan awal. Sejumlah polisi sudah berjaga di sekitar SMA Muha. Polisi berusaha membubarkan para siswa itu. Tampak juga polisi mencabut pistol dan melepaskan tembakan ke udara.

Dari hasil pemeriksaan terhadap 27 siswa yang ditangkap, polisi menemukan dua linggis, satu celurit, dan gir motor yang dimodifikasi menjadi senjata. Puluhan pelajar itu kemudian dijemur sekitar sejam di halaman mapolresta.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Jogjakarta Edy Heri Suasana berjanji bakal memanggil Kasek dua sekolah tersebut. ’’Saya memahami, mengontrol anak sebanyak itu tidak mudah,’’ ujarnya.


(STEPIRO vs RANGER)
http://www.jpnn.com/read/2012/05/27/128589/Usai-Pengumuman,-Siswa-Dua-Sekolah-Tawuran-
Read More..

Kamis, 15 Maret 2012

Dibalik sangarnya nama SMA "17"1 part III

Insiden terjadi lagi dalam pelaksanaan eksekusi SMA 17 "1" di Jalan Tentara Pelajar Nomor 24, Kota Yogyakarta, oleh pihak yang mengklaim sebagai pemilik tanah setempat, Senin.

"Kejadian seperti ini sudah terjadi untuk kedua kalinya. Pada 2009 juga pernah terjadi hal serupa," kata Kepala Sekolah SMA 17 "1" Yogyakarta Suyadi.

Ia mengatakan sekitar pukul 07.15 WIB saat ia tiba di sekolah untuk mengawali proses belajar mengajar, pintu gerbang sekolah telah ditutup dengan bambu, dan ada beberapa orang yang menjaganya.

Melihat kondisi tersebut, ia pun berinisiatif untuk mengadukan hal itu ke Kepolisian Sektor Jetis.

Pihak kepolisian dan sekolah kemudian bernegeosiasi dengan kuasa hukum dari pihak yang mengklaim sebagai pemilik tanah setempat.

"Gerbang sekolah pun dibuka. Kami juga menegaskan bahwa sebentar lagi akan dilakukan ujian sekolah, dan ujian nasional, sehingga sekolah tidak boleh dieksekusi begitu saja, karena mereka sudah siap menutup sekolah dengan seng," katanya.

Selama bernegosiasi, salah seorang guru sekolah terpaksa mengajar siswa di trotoar.

Pada 12 Maret 2012 akan dilakukan ujian akhir sekolah berstandar nasional (UASBN) untuk mata pelajaran agama, dan mulai 13 Maret akan dilakukan ujian sekolah.

Ujian Nasional untuk SMA akan dilakukan pada 16-19 April 2012. Selain SMA 17 "1", di komplek tersebut juga terdapat SMP 17 "2" serta kantor yayasan. Di SMA itu terdapat 112 siswa, dan di SMP terdapat 75 siswa.

Suyadi mengatakan tanah di kompleks sekolah dan yayasan tersebut semula adalah milik B Hardjono, yang kemudian menyatakan bahwa tanah itu bukan lagi merupakan aset pribadi, tetapi aset sekolah.

"Tetapi, jika ada ahli waris yang mengklaim pun, kami juga tidak tahu. Namun, pernah ada beberapa orang yang datang untuk menanyakan tanah ini," katanya.

Menurut dia, mereka yang mengkalim bahkan berasal dari luar kota, di antaranya Bantul, Cilacap, dan Kediri. Mereka biasanya telah membayar uang muka pembelian tanah, tanpa terlebih dulu mengecek ke lokasi.

"Kami akan tetap berusaha mempertahankannya, karena tujuannya adalah pendidikan. Selama ini kami juga terus memberikan motivasi ke guru dan siswa untuk bisa tetap melakukan kegiatan belajar mengajar seperti biasa," katanya.

Di sekolah tersebut terdapat delapan guru pegawai negeri sipil (PNS), tiga guru tetap yayasan, dan 17 guru tidak tetap.

Setelah bernegosiasi, eksekusi dengan menutup sekolah batal dilakukan.


http://www.antaranews.com/berita/299875/insiden-terjadi-dalam-eksekusi-sma-17-yogyakarta
Read More..

Dibalik sangarnya nama SMA "17"1 part II

Sejak konflik sengketa lahan di SMA 17 Yogyakarta berlangsung, belasan orang berbadan besar mondar-mandir di kawasan kompleks sekolah. Keberadaan 'preman' ini bergantian selama 24 jam, dan membuat suasana belajar mengajar menjadi tidaknyaman.

"Ini adalah kejadian kedua sejak terjadi 2009 lalu. Secara psikis amat sangat mengganggu, tapi kami berkomitmen proses pendidikan jalan terus. Kita pokoknya mencerdaskan bangsa," tegas Kepala SMA 17, Suyadi.

Ia memperkirakan orang-orang ini adalah suruhan dari orang yang kabarnya sudah membeli tanah sekolah ini. Namun ia tidak tahu persis mengenai masalah ini, karena adalah urusan yayasan.

"Setiap pagi saya juga menyapa mereka. Dan sudah ada komitmen tidak akan melakukan perusakan atau mengganggu masuk ke kawasan kelas," imbuhnya.

Menurutnya kelas 12 tetap giat belajar mengikuti persiapan ujian nasional, termasuk mengikuti les di sore hari, setelah jam pelajaran usai. Harapannya berbagai pihak bersedia memelihara gedung sekolah yang masuk dalam golongan cagar budaya ini agar tetap bisa digunakan untuk belajar.

"Siang ini kabarnya diadakan rapat yayasan, untuk menyelesaikan sertifikat ganda yayasan, yang menjadi sumber masalah. Kami berharap ini bisa diselesaikan, sehingga siswa tetap bisa belajar dengan tenang," imbuhnya.

Sementara Sri Wigati selaku Kepala Humas SMA 17 menambahkan, pihaknya sudah lakukan pendekatan ke siswa agar mereka tetap belajar seperti biasa. Pintu belakang sekolah ditutup, sehingga para preman tidak bisa masuk kelas. "Anak masuk lewat akses pintu utama. Kami sudah lama dan tahu situasi seperti ini, tidak masalah. Lama-lama anak-anak sudah cuek, dengan keberadaan orang asing diluar, tidak masalah," ujarnya.

Agustina Feni, siswi kelas 10 SMA ini mengungkapkan, dirinya kaget ketika Senin lalu sekolah ditutup seng. Ia juga merasa takut akan keberadaan para preman yang masih bersliweran hingga saat ini." Tanggal 16 Maret saya ujian, agak terganggu persiapannya. Karena akhirnya guru sibuk mengurusi masalah ini, dan kurang mengurusi siswa," ujarnya.

Semantara Monica Marlyandini siswi kelas 12 IPS juga mengaku dirinya sempat merasa terganggu. Jam tambahan bagi kelas tiga pun menurutnya tidak dilakukan gara-gara ada kasus ini. "Yang menjengkelkan, sering orang-orang ini mengganggu kami, misalnya bilang 'Mau tak anterin pulang ngga?',atau semacamnya. Ini membuat saya dan siswi lainnnya risih," kesalnya.

Meski terdapat belasan preman, tidak ada satupun dari mereka yang bersedia memberikan keterangan.

http://krjogja.com/read/121139/belajar-mengajar-di-sma-17-ditunggui-preman.kr
Read More..

Dibalik sangarnya nama SMA "17"1 part I


Sekelompok massa menyegel SMA 17 I yang terletak di Jalan Tentara Pelajar no 24, Jetis, Yogyakarta. Massa berasal dari kubu Yayasan Pengembangan Pendidikan 17 yang merasa bahwa pengelola yayasan sekarang tidak sah sehingga tak berhak mengelola kegiatan belajar mengajar.

Kepala SMA 17 I, Suyadi menerangkan, pukul 07.15 WIB sekolah ditutup bambu dan seng serta dijaga banyak orang. Dirinya lalu menghubungi ke Polsek Jetis dan berharap agar sekolah bisa dibuka untuk guru dan siswa.

"Bahkan seorang guru kami Pak Wuryanto mengajar di trotoar. Ini dilakukan untuk persiapan ujian nasional untuk kelas tiga. Tanggal 12 Maret ada ujian agama, tanggal 16 hingga 19 April sudah ujian nasional," ungkapnya.

Massa dapat diusir setelah Komandan Koramil 01 Jetis, Kapten (Inf) Tedjo Suprianto memarahi pengacara kubu Yayasan Pengembangan Pendidikan 17, Fahmi. Akhirnya seng dan bambu yang menutupi sekolah tersebut langsung dibongkar, sehingga proses belajar mengajar bisa terus berjalan.

"Ini sudah kejadian kedua setelah 2009. Kami tidak bisa berbuat banyak selain tetap memberi motivasi bagi 112 siswa SMA dan siswa SMP 17 II," imbuhnya.

Menurutnya pihak pimpinan kedua yayasan akan melakukan negosiasi kembali terkait masalah ini. Suyadi juga minta waktu seminggu berembug bersama guru-guru untuk menentukan sikap ikut yayasan yang mana.

"Kelihatannya ikut yayasan yang lama, karena misinya untuk pendidikan. Kalau yayasan baru bisa saja dikelola untuk kepentingan perorangan. Kami berpesan jangan ada alumni yang melakukan kekerasan fisik terhadap sengketa ini," pungkasnya.

Yayasan Pendidikan 17 didirikan oleh Bonaventura Harjono sejak 1958. Keturunannya, Bedasaktirin Harjanto sejak beberapa tahun lalu mencoba mengambil alih kepemimpinan yayasan dengan mendaftarkan ulang ke Kemenhumkam dengan nama Yayasan Pengembangan Pendidikan 17 atas nama Rin Haryani, isteri Bedasaktirin Harjanto.

Kuasa hukum Yayasan Pengembangan Pendidikan 17,Fahmi menerangkan, pihaknya memang ingin menguasai kawasan sekolah secara fisik. Pasalnya, berdasarkan putusan Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi Yogya, lahan sudah menjadi milik pihaknya.

"Berdasarkan sertifikat kak milik, tanah di tempat ini sudah menjadi klien kami. Bahkan tanah seluas 5.558 meter persegi sekolah ini sudah dijual ke pihak lain, kepada Pak Sugiarto Sugiman," terangnya.

Camat Jetis Sisruwadi menerangkan, pihaknya terus berusaha memfasilitasi kedua pihak, untuk melewati prosedur proses perdata secara benar. Meski demikian, dirinya meminta semua pihak menjaga situasi belajar mengajar di sekolah agar tidak terganggu.

"Lawyer jangan sampai mengganggu kegiatan anak sekolah sampai ujian nasional. Monggo Juni dilanjutkan lagi. Tidak perlu sampai mengerahkan massa, karena rentan timbulkan konflik," tegasnya.


http://krjogja.com/read/120964/sengketa-sma-17-siswa-belajar-di-trotoar.kr
Read More..

Rabu, 14 Maret 2012

Massa Tak Dikenal Tusuk Pemuda di Depan Warung Burjo Kawasan Tegalrejo

Muhammad Nur Huda (17) warga Kuncen, Wirobrajan, Yogyakarta menjadi korban penusukan yang dilakukan segerombolan massa tak dikenal di Jalan HOS Cokroaminoto, Sudagaran, Tegalrejo, Yogyakarta, Senin (12/3) petang. Korban ditikam dengan senjata tajam pada bagian dadanya hingga menembus paru-paru.

Saat kejadian korban bersama beberapa temannya tengah nongkrong di depan sebuah warung bubur kacang ijo (burjo). Tiba-tiba dari arah utara datang puluhan pemuda dengan menggendarai sepeda motor dan menyerang Huda serta teman-temannya.

Huda yang kaget langsung mencoba lari bersama temannya, namun korban berhasil terkejar oleh beberapa pemuda dan menusukkan senjata tajam ke dadanya. Melihat korban terkapar, massa langsung melarikan diri dan merusak sepeda motor yang terparkir di depan warung burjo serta mengambil beberapa helm di atas kendaraan.

Warga di lokasi langsung melarikan Huda ke RS Ludiro Husodo. Namun karena luka yang dialami cukup parah akhirnya korban dipindahkan ke RS dr Sardjito Yogyakarta. Polisi yang datang ke lokasi langsung mengamankan beberapa barang bukti seperti batu yang digunakan untuk menyerang korban serta kendaraan yang dirusak pelaku di lokasi kejadian.

“Kasus ini tengah kami tangani. Beberapa saksi di lokasi kejadian telah kami mintai keterangan untuk pengembangan kasus ini,” tegas Kanit Reskrim Polsekta Tegalrejo, Ipda Mahmudi.



http://krjogja.com/read/121708/massa-tak-dikenal-tusuk-pemuda-di-depan-warung-burjo-kawasan-tegalrejo.kr
Read More..

Selasa, 13 Maret 2012

Warung Burjo diserang Gerombolan Pengendara Motor

Warung burjo di Jalan AM Sangaji Jetis, Minggu (11/3), dini hari, dirusak oleh gerombolan pengendara sepeda motor. Para pelaku merusak kaca estalase, serta memecah spido dan kaca lampu sepeda motor milik Deden Irawan (20).

Saat itu korban sedang bersih-bersih warung burjonya, tiba-tiba datang gerombolan pengendara sepeda motor. Mereka langsung masuk dan melakukan perusakan. Selain itu sepeda motor korban juga menjadi sasaran, spido dan kaca spion nya dirusak. Setelah puas merusak, pelaku pergi membawa 2 helm milik korban. Kasus tersebut kemudian dilaporkan ke Polsek Jetis.

Sementara itu, terbukti membawa sangkur, Anggun Medison (21), Senin (12/3), divonis 4 bulan penjara oleh majelis PN Yogya yang diketuai Bahtra Yenny Warsita SH. Terdakawa terbukti melanggar pasal 2 (1) UU Darurat No 12 Tahun 1951. Sebelumnya, Jaksa Kunto Singgih Pramono SH menuntut terdakwa selama 6 bulan penjara. Aksi terdakwa terjadi 4 Desember 2011 di Jalan Kemetiran Lor Pringgokusuman Gedongtengen. Saat itu terdakwa bersama teman-temannya bertemu dengan gerombolan lain. Kemudian terdakwa mengacungkan sangkurnya ke arah gerombolan yang menghadangnya.  

KR
Read More..

Jumat, 09 Maret 2012

Tekan Kenakalan Pelajar, Ada Dua Polisi di Tiap Sekolah

Kepolisian Resor Kota Yogyakarta siap menempatkan dua personel polisi di tiap sekolah dari jenjang SMP hingga SMA dan sederajat untuk menekan tingkat kenakalan pelajar di wilayah tersebut.

"Rencananya, akan ada dua personel polisi di tiap sekolah. Mereka tidak hanya untuk mengawasi sekolah, tetapi juga menjadi tempat konsultasi dan memberikan pendampingan kepada pelajar," kata Kompol M. Fathurahman Kepala Satuan Bimbingan Masyarakat Kepolisian Resor Kota Yogyakarta di Yogyakarta, Kamis (2/2/2012).

Menurut dia, personel kepolisian tersebut akan berkoordinasi dengan guru Bimbingan Pelajar (BP) di tiap-tiap sekolah dalam menjalankan perannya dalam memberikan pendampingan untuk pelajar di sekolah.

"Nantinya, juga akan dilibatkan personel dari Badan Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Babinkamtibmas)," ungkapnya seperti dilansir Antara.

Sementara itu, lanjut dia, sekolah-sekolah di Kota Yogyakarta termasuk yayasan dari sekolah swasta diminta untuk membuat sebuah sekretariat bersama dalam menangani kenakalan pelajar yang terkadang sudah menjurus ke tindak kriminal dan pidana itu.

Sementara itu, Edy Heri Suasana Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta mengatakan, kegiatan pembuatan sekretariat bersama tersebut sejalan dengan visi dan misi kepala daerah Kota Yogyakarta tentang pendidikan berkarakter.

"Rencana pembuatan sekretariat bersama ini masih akan ditindaklanjuti dengan perwakilan dari sekolah-sekolah," katanya.

Ia mengatakan, akan ada berbagai kegiatan yang bisa dilakukan untuk menanggulangi semakin berkembangnya kenakalan pelajar di Kota Yogyakarta.

Aktivitas yang akan dilakukan tersebut di antaranya adalah bakti sosial dan juga outbond yang tidak diikuti oleh pelajar yang dikenal sebagai pelajar baik-baik, tetapi justru diikuti pelajar yang kerap terlibat dalam masalah kenakalan.

"Kegiatan itu ditujukan agar pelajar memiliki aktivitas yang terkendali sehingga tidak mengarah ke perkelahian atau kenakalan pelajar lain," katanya.


http://kelanakota.suarasurabaya.net/?id=c4cc423d368c255115d8477815b502022012102766
Read More..

Kamis, 08 Maret 2012

Yogya Kota (Geng) Pelajar

YOGYAKARTA– Identitas Yogyakarta sebagai Kota Pelajar belumlah luntur. Namun maraknya geng pelajar di kota ini membuat citra positif itu perlahan tercoreng. Aksi mereka pun kian meresahkan.

Keberadaan geng-geng ini terselubung. Jumlah geng pelajar ini pun terus bertambah. Dari penelusuran Seputar Indonesia (SINDO), di tingkat SMP dan SMA, setidaknya ada 60 geng yang masih eksis di Yogyakarta dansekitarnya.Kemarin,sejumlah pelajar ditangkap di Minggiran, Mantrijeron karena hendak tawuran dengan siswa sekolah lain.Beruntung aksi mereka tercium dahulu oleh polisi.

Dari beberapa kejadian,keberadaan geng pelajar itu kerap berbuat ulah bahkan mengarah ke tindak kriminalitas.Kelompok pelajar itu biasa terlibat perkelahian, bahkan ada yang sengaja mencari musuh dengan pelajar dari sekolah lain.Kelompok pelajar itu beranggotakan pelajar kelas 1 sampai dengan kelas 3 dan biasa berkumpul secara berkelompok di sekitar kompleks sekolah. Meski keberadaannya terselubung dengan nama kelompok yang biasa di cat tembok-tembok, jika tidak mendapatkan penanganan serius dikhawatirkan keberadaan mereka akan terus membuat keresahan.

Endang, salah seorang pedagang angkringan di Jalan Kapas Yogyakarta,tepatnya sekitar kompleks SMA Muhammadiyah II Yogyakarta mengaku kerap merasa was-was ketika melihat ada pelajar dari sekolah lain melintas dan memainkan gas kendaraan. Sebab, jika itu terjadi pelajar yang berkumpul di warungnya biasanya mengejar dan terlibat perkelahian. “Kalau ada yang lewat dari sekolah lain bleyer (main gas) motor langsung dikejar, kadang juga ribut di sini,” katanya. Para pelajar itu yang sering nongkrong di warungnya kerap juga terlihat datang dengan membawa senjata.

Senjata yang dibawa biasa tidak dibawa masuk sekolah, melainkan disimpan atau dititipkan.”Biasanya ada yang ada juga yang nitip seperti keling,” ungkap dia. Bagas,pelajar dari SMK Nasional, Kalasan, Sleman yang mengaku biasa nongkrong di warung Jalan Kapas mengaku geng pelajar hampir ada di setiap sekolah dan masing-masing memiliki nama khusus. Mereka yang tergabung dalam geng itu ingin menamakan diri mereka sebagai gengster.“Kalau di sekolahku gengnya Rasta (Revolusi Nasional Yogyakarta),” katanya.

Pelajar yang masih duduk di bangku kelas II SMK Nasional Kalasan itu membenarkan jika antarsekolah biasa terlibat perkelahian terutama bagi yang memang sudah memiliki permusuhan. Perkelahian tidak hanya bisa terjadi di lingkungan sekolah atau di dalam kota, perkelahian bisa terjadi di luar kota sekalipun jika memang bertemu. “Kemarin itu ketemu di Jakarta juga bisa tawur,” ulasnya. Sosiolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Sunyoto Usman berpendapat pelajar masuk dalam kelompok geng dan berkelahi karena mereka meniru orang dewasa atau juga meniru apa yang pernah dilihat di televisi maupun film.

Untuk menangani hal itu tidak bisa mengedepankan dari peran guru di sekolah saja, melainkan memerlukan peran dari semua pihak, termasuk pemerintah, dan keluarga.“ Penanganannya harus komprehensif dan tidak dipertaruhkan pada pihak sekolah saja,”paparnya. Sunyoto berpendapat, Dinas Pendidikan dan juga pihak sekolah dalam hal itu memang harus bertindak memberi sanksi tegas kepada siswa yang memang diketahui masuk dalam kelompok geng.Sebab jika tidak ada sanksi tegas,tidak dipungkiri kasus perkelahian pelajar kapan saja bisa terjadi. “Meski geng itu terbentuk di luar sekolah, sekolah juga tidak bisa lepas tangan,” pungkasnya.

Kasi Kesiswaan Pengembangan Pendidikan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kota Yogyakarta Wisnu Sanjaya mengakui adanya geng pelajar di Kota Yogyakarta. Dari catatan yang dimiliki ada puluhan geng pelajar, hanya dimungkinkan sebagian sudah tidak ada atau sudah ganti nama.Sebagai upaya preventif guna mengantisipasi perkelahian pelajar Disdikpora terus melakukan kerjasama dengan kepolisian salah satunya dengan melakukan kegiatan operasi.

“Dari sekolah juga melakukan tindakan tegas terhadap anak yang terkena kasus dengan memberikan sanksi tegas berupa pengeluaran,” paparnya. Muji Barnugroho


http://www.jogjainfo.net/2012/01/yogya-kota-geng-pelajar.html
Read More..

Kamis, 23 Februari 2012

Tanggapan Walikota Terhadap Tawuran

WALIKOTA : PELAJAR KOTA JANGAN “KATROK”

Menyikapi terjadinya kasus tawuran antar pelajar yang terjadi di Kota Yogyakarta akhir-akhir ini, Walikota Yogyakarta H. Herry Zudianto dan Kapoltabes Yogyakarta belum lama ini menggelar dialog dengan para Kepala Sekolah, Pengurus OSIS dan perwakilan siswa SMA/SMK se Kota Yogyakarta bertempat di Ruang Utama Atas Balaikota. Melalui forum ini, Walikota ingin mengetahui persoalan, kegelisahan dan kegerahan apa yang dirasakan para pelajar sehingga memicu aksi tawuran antar pelajar. Hal ini sebagai wujud komitmen keseriusan Walikota terhadap dunia pendidikan di Kota Yogyakarta.
 
“Nasib bangsa Indonesia ditentukan oleh persatuan dari kebhinnekaannya, untuk itu para pelajar diharapkan dapat menyelesaikan perselisihan diantara mereka secara baik sesuai dengan kadar intelektualitas. Janganlah para pelajar menyelesaikan persoalannya dengan “katrok”, terang Walikota ketika mengawali dialognya.

Salah seorang pelajar dari SMA Muhamadiyah 2 Yogyakarta, Said Priambodo mengemukakan bahwa tawuran pelajar yang terjadi di Kota Yogyakarta sudah seperti budaya dimana antara sekolah satu dengan sekolah lain mempunyai sebuah geng. Dan antar geng tersebut mempunyai dendam turun temurun yang sulit untuk dihapuskan. Namun sebenarnya jika mempunyai komitmen yang kuat untuk maju maka hal tersebut dapat dihindari. Said Priambodo berpendapat bahwa perilaku tawuran pelajar terjadi karena pengetahuan pelajar tentang bagaimana membangun kepercayaan diri (building self confident) masih sangat kurang sehingga membuat mereka mudah terpengaruh. Untuk itu, Said mengusulkan agar Pemkot mengadakan kegiatan menggambar mural bersama yang diikuti oleh anggota geng yang ada di sekolah-sekolah sehingga akan memunculkan rasa memiliki diantara mereka untuk memelihara dan menjaga mural tersebut.

Menanggapi hal tersebut Walikota menyatakan siap mengback up setiap kreativitas para pelajar Yogya. Namun sebenarnya berbagai solusi diharapkan berasal dari para pelajar karena sebenarnya mereka yang mengetahui secara pasti segala permasalahan yang dihadapi. Untuk permasalahan yang lebih besar dan menyangkut kebijakan dan fasilitas umum, itu adalah tugas Walikota memenuhinya.
 
Dalam kesempatan yang sama, Kapoltabes Yogyakarta Kompbespol Drs. Agung Budi Maryoto, MSi memberi pengarahan beberapa aspek yang mempengaruhi tindakan dan perilaku generasi muda yang dapat menentukan pembentukan karakter anak. Jika tidak ada arahan dengan baik maka dapat memicu timbulnya perilaku negatif.
 
Lebih lanjut Kapoltebes menegaskan bahwa jajaran Kepolisian dan Walikota sepakat untuk tidak segan-segan melakukan penegakan aturan hukum terkait aksi kenakalan remaja. Diantaranya aksi tawuran pelajar yang berdampak pada keresahan masyarakat khususnya yang berbau kriminalitas.
Walikota menambahkan bahwa saat ini Pemkot sedang menggodok aturan termasuk diantaranya menyangkut pemberian sanksi yang bersifat mendidik dari sekolah. Hal ini sebagai upaya menseriusi gejala tawuran yang mungkin muncul kembali. Pemkot berencana memanggil para orang tua pelajar yang terlibat tawuran, karena yang terjadi jika pihak sekolah memberi sanksi kepada pelajar, malah pihak orang tua datang ke sekolah melakukan protes sembari membawa pengacara. Hal ini adalah tindakan yang tidak mendidik, karena perilaku yang salah tetapi tetap dibela, jelas Walikota.


http://mediainfokota.jogjakota.go.id/detail.php?berita_id=101
Read More..

Minggu, 19 Februari 2012

Yang Bener Yang Mana Sih?

antara ini?
Grixer
atau dengan ini?
Morenza
Read More..

2 SMK di Yogyakarta Tawuran

Lagi-lagi, dunia pendidikan di Yogyakarta tercoreng dengan terulangnya aksi tawuran pelajar. Kali ini, tawuran melibatkan SMK Piri 1 dan SMK Muhammadiyah 3.

Oki Setiawan, 17, pelajar dari SMK Piri 1 menjadi korban amukan pelajar dari SMK Muhammadiyah. Tawuran ini pecah sekitar pukul 11.15 WIB kemarin di Jalan Kenari tepatnya di depan SMK 6 Yogyakarta.Lokasi ini tidak jauh dari SMK Piri 1.Korban yang saat itu tengah berhenti di pinggir jalan didatangi puluhan pelajar SMK Muhammadiyah berkendara motor.

Tanpa alasan yang jelas, korban lantas menjadi bulanbulanan. Akibatnya, korban mengalami luka sobek di bagian kepala belakang. Beruntung, saat kejadian datang petugas Satpol PP dari Dinas Ketertiban (Dintib) Kota Yogyakarta yang tengah melakukan kegiatan patroli keliling. ”Mengetahui korban dikeroyok banyak orang, kami langsung datang menyelamatkan korban, beberapa anggota lain berhasil mengamankan dua pelajar,” kata Hermawan, salah seorang petugas regu patroli.

Setelah dilakukan pengejaran, petugas kembali berhasil mengamankan dua pelajar lain dari SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Sedang, korban yang mengalami luka dilarikan ke RS Bethesda untuk mendapatkan pertolongan medis. Setelah mendapatkan pengobatan, korban dan juga pelajar lain yang berhasil ditangkap langsung dibawa ke Polsekta Umbulharjo.

Pelajar dari SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta yang diamankan masing-masing DA,17,wargaGabusan, Bantul; GP,16,warga Minggiran,Mantrijeron,Yogyakarta; MA,17,warga Pinging,Jetis, dan M,16,warga Godean. Usai menjalani pemeriksaan, GP mengaku antara sekolahnya dengan SMK Piri 1 sudah lama saling bermusuhan. Dari kabar yang diterima dari teman-teman satu sekolahanya, akan ada aksi serangan dari SMK Piri 1 terhadap sekolahnya.

”Daripada keduluan kita berniat menyerang dulu,” katanya. Oki Setiawan mengaku mengatakan saat kejadian dia sedang menungu pacarnya yang sekolah di SMK 6 Yogyakarta. Secara tiba-tiba, dia dikeroyok hingga akhirnya mendapatkan luka di kepala belakang. ”Pakai besi kelihatannya mas,”katanya. Kapolsek Umbulharjo Kompol Iqbal Yudhi mengatakan, para pelajar yang diamankan akan diberikan pembinaan, dan jika dimungkinkan akan dikenakan sanksi apel.

Pihak sekolah dan orangtua juga akan dilakukan pemanggilan untuk memberikan pembinaan. Kasi Kesiswaan dan Pengembangan Pendidikan Disdikpora Kota Yogyakarta,Wisnu Sanjaya mengatakan, pihaknya sudah menerima laporan mengenai kasus tawuran pelajar yang terjadi antara pelajar SMA Piri 1 dan SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta.

Direncanakan,Senin (3/10) besok akan melakukan pemanggilan masing-masing kepala sekolah untuk melakukan koordinasi. ”Kita berharap pihak sekolah sudah bisa menyelesaikan agar tidak kembali terulang. Tapi jika tidak dari Dinas nanti tetap akan turun tangan, kita sejauh ini akan terus memantau,” katanya.

(STPR vs MZA)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/432373/
Read More..

Ingin Jemput Pacar, Eh Malah Babak Belur

Sial bener nasib yang dialami Oki Setiawan (16), pelajar kelas II SMK Piri I Yogyakarta , warga Caturtunggal Depok Sleman. Saat nongkrong di depan SMK 6 Yogyakarta untuk menjemput pacarnya, dia tiba-tiba dikeroyok puluhan pelajar dari SMU Muhammadiyah III (Muga) Yogyakarta.

Kepala bagian belakang Oki bocor setelah mendapatkan pukulan menggunakan besi. Beruntung, insiden pengeroyokan itu diketahui oleh petugas Satuan Polisi Pamong Praja Kota Yogyakarta yang tengah berpatroli dan membersihkan spanduk-spanduk tidak berizin yang berada di sekitar lokasi kejadian. Meski para pelajar tersebut berhamburan pergi, namun petugas mengamankan empat orang pelajar dari SMU Muga.

“Saya sedang duduk-duduk, kemudian didatangi dan dikeroyok beramai-ramai,” ucap Oki yang kepala bagian belakang mendapatkan balutan perban usai menjalani perawatan medis di RS Bethesda Yogyakarta, Sabtu (1/10/2011).

Sementara itu, Hermawan, anggota Sat Pol PP yang menangkap empat pelajar SMU Muga mengatakan, pelaku pengeroyokan lebih dari 40 orang yang menggunaka sepeda motor. Dari semua pelajar itu, hanya sebagian orang yang berada di depan saja yang terjun langsung ‘mengeksekusi’ korban.

“Ada yang membawa pedang, sebagian besar para pelajar kabur setelah kami datang. Kami menangkap empat orang yang tertinggal saat pengeroyokan itu terjadi sekira pukul 11.00 WIB,” kata Hermawan yang selanjutnya menyerahkan ke-empat pelajar itu ke polisi setempat.

Ke-empat pelajar itu, Muhidin Argianto (16) dan Muh Reza (16) yang duduk di bangku kelas III, Dimas Agung (16) dan Gumilang Prioambodo (16) kelas II. Ke-empat pelajar ini mengaku hanya ikut-ikutan ‘menyerbu’ SMK Piri saat mendapatkan informasi sekolah mereka akan didatangi sekolah tersebut.

“Saya hanya ikut-ikutan, informasinya SMK Piri akan menyerang kami (SMU Muga), makanya tadi setelah pulang sekolah, kami menyerang sana duluan,” jelas Gumilang diamini tiga rekannya.

Meski demikian, mereka mengaku tidak melakukan penganiayaan terhadap korban yang sedang duduk-duduk di atas sepeda motor.

“Saya tidak tahu kalau sudah ada yang tawuran, saya berada di belakang saat keramaian itu terjadi. Saya berusaha membonceng teman saat pak polisi (Sat Pol PP) menangkap saya, tapi saya tertinggal dan teman saya pergi meninggalkan saya,” jelasnya.

Hingga pukul 13.30 WIB, ke-empat pelajar yang tertangkap itu masih menjalani pemeriksaan intensif polisi. Wakapolresta Yogyakarta AKBP Darmanto sempat meninjau langsung di Mapolsekta Umbulharjo Yogyakarta.

Mantan Kapolres Kulonprogo ini mengaku prihatin dengan adanya tawuran pelajar di kota Yogyakarta. “Masih diperiksa Reskrim, saya hanya meninjau saja,” katanya.

(STPR vs GXR)
http://yogyaonline.net/ingin-jemput-pacar-eh-malah-babak-belur.html
Read More..

Sabtu, 18 Februari 2012

Geng pelajar bergerak terselubung

Hingga Selasa (23/8) siang, pihak SMA N 1 Depok belum menerima laporan resmi terkait tawuran pelajar yang terjadi di depan gedung Jogja Expo Center (JEC), Banguntapan, Bantul, Minggu (21/8) dini hari lalu.

“Kami baru tahu dari berita di koran. Belum ada polisi maupun pihak orangtua korban yang melapor ke sekolah,” kata salah satu guru SMA N 1 Depok, Jarwo.

Seperti diberitakan sebelumnya, tawuran yang melibatkan lebih dari 50 pelajar itu mengakibatkan tiga korban harus dilarikan ke RS. Dua di antaranya adalah Feri Ardi, siswa SMA N 1 Depok dan Aditya Baskoro, siswa SMA 3 Muhamadiyah Jogja. Tawuran itu bermula saat salah satu pemuda meneriakkan “BBC”.

Jarwo juga baru tahu dari koran kalau salah satu siswanya, Feri Ardi, sempat kritis karena luka bacok di punggung. Pihak sekolah belum menengok korban yang kini masih dirawat di RS Pantirapih, Jogja.

Meski masih dalam penyelidikan kepolisian, satpam SMA N 1 Depok, Suroto menduga penyebab pecahnya tawuran itu karena dendam lama kedua kubu. Pasalnya, selama Ramadan ini SMA N 1 Depok sudah tiga kali diteror aksi pelemparan batu.

“Pelemparan batu itu selalu dilakukan tiap Minggu dini hari,” ungkap Suroto. Pelakunya adalah segerombolan pemuda yang berboncengan motor. Setelah menimpuki gerbang sekolah, gerombolan itu langsung tancap gas.

Berkat tegasnya pihak kepolisian, tawuran pelajar kini jarang berlangsung pada siang hari. Kondisi itu jauh berbeda pada 2006 silam. Waktu itu, SMA N 1 Depok bisa dua hingga tiga kali diserang gerombolan pelajar dari sekolah lain.

“Lima tahun lalu, bentrokan kerap terjadi setiap jam pulang sekolah. Saking kewalahan mengatasi bentrokan, banyak satpam mengundurkan diri meski belum satu tahun bekerja,” kenang Suroto.

Adapun Kuntoro, tokoh masyarakat di wilayah Babarsari, membenarkan jika ada sebagian siswa SMA N 1 Depok tergabung dalam geng BBC. Namun, pihaknya tidak tahu pasti keterlibatan geng itu dalam tawuran di depan JEC.

“Sejak saya masih SMA, sudah ada geng pelajar. Waktu itu saya tergabung dalam geng Qzruh yang sampai hari ini masih eksis,” ujar alumnus SMA N 1 Depok angkatan tahun 1989 itu saat ditemui di rumahnya.

Menurut pria yang akrab disapa Bang Toro itu, tawuran pelajar kali ini lebih terselubung karena kecanggihan teknologi. Cukup saling ejek lewat sms atau facebook, para pelajar bisa terpancing emosinya. Menghimpun massa sewaktu-waktu juga lebih mudah dengan hape.

Pada 2008 silam, seluruh anggota geng BBC pernah dikumpulkan di Polsek Depok Barat karena kasus pengeroyokan terhadap seorang warga asal luar Jawa hingga kritis. Namun saat diminta membubarkan organisasi BBC, seluruh anggotanya kompak menolak.

“Alasannya, BBC bukanlah geng. Sebab, tidak semua anggotanya terlibat dalam aksi anarkis,” ujar Kasi Humas Polsek Depok Barat Aiptu Afandi. Menurut Afandi, anggota geng BBC bukan hanya sebagian siswa SMA N 1 Depok yang masih aktif. Para alumnus SMA N 1 Depok pun juga masih terlibat dalam geng tersebut.

“Untuk membina mereka juga sulit. Sebab, geng itu tidak memiliki markas atau tongkrongan tetap,” pungkas Affandi.

lanjutan dari link
(BBC)
http://www.solopos.com/2011/harian-jogja/sleman-2/geng-pelajar-bergerak-terselubung-148534
Read More..

Tanggapan dari awam tentang Tawuran Jogja

Hari ini saudara saya sendiri jadi korban pemukulan orang yang nggak dikenal. Lagi-lagi penyebabnya adalah identitas sekolahnya. Ya, memang sih saat itu dia pakai celana olahraga yang ada identitas sekolahnya. Tapi kejadian ini memang diluar dugaan karena dia masih anak angkatan baru, dan saya tahu betul kalau dia tipe yang nggak suka kumpul-kumpul untuk cari onar. Memang nggak parah sih bekas pukulannya, syukurnya tidak separah seperti pengalaman orang lain yang biasa diceritakan teman-teman saya.

Usaha pemerintah Jogja untuk mengurangi tingkat resiko kekerasan pada pelajar SMA, terutama yang laki-laki, karena disebabkan oleh permusuhan siswa antar sekolah memang setidaknya sudah sedikit dilakukan. Badge sekolah yang dulunya menjadi simbol asal sekolah di SMA kota sekarang diubah menjadi “Pelajar Kota Yogyakarta”. Jadi setidaknya orang-orang yang sebenarnya nggak bersalah tetapi sering jadi objek kekerasan, bisa lebih terselamatkan. Tentunya asalkan juga tidak tempel stiker sana sini di badan motor atau helmnya.

Secara pribadi sebenarnya saya setuju-setuju saja akan adanya kelompok-kelompok tertentu ditiap sekolah. Tentunya kelompok-kelompok tersebut terbentuk biasanya oleh kesamaan-kesamaan yang ada. Bisa karena hobinya sama, latar belakang, cara berpikir, cocok-cocokan ngobrol, dan yang paling kuat yang biasanya dibangga-banggakan siswa sekolah adalah sama-sama ingin membela sekolahnya. Tapi yang menjadi permasalahan adalah ketika aktivitas yang dilakukan tidak sejalan dengan aturan atau kebiasaan yang ada di masyarakat.

Masyarakat Jogja terkenal dengan julukan masyarakat Kota Pelajar. Dan sudah menjadi lumrah bila yang diharapkan memang sikap-sikap selayaknya kaum terpelajar, yang terdidik, yang cendikia. Kekerasan dengan dalih membela martabat teman dan sekolah tentu bukan cara yang dilakukan oleh pelajar Jogja. Statistika berbicara, Jogja adalah wilayah dengan tingkat tawuran pelajar yang cukup tinggi. Namun tentunya data tersebut juga dipengaruhi jumlah pelajar di Jogja yang lebih tinggi daripada wilayah lain, sehingga nampak tingkat tawurannya tinggi. tapi ya, memang begitulah faktanya.

Malu? Ya!

Jelas harus malu. Malah malu-maluin kalau sampai tidak merasa malu. Bahkan saking malunya, ketika saya ada kesempatan mengikuti pertukaran pelajar ke salah satu wilayah di Indonesia, banyak wanti-wanti dari dinas dan kakak-kakak angkatan agar ketika kami ditanya oleh orang-orang di wilayah lain tentang tawuran pelajar, kami harus menjawab bahwa ‘kami tidak tahu menahu soal itu’. Sungguh. Dan alasannya adalah karena kami malu dengan kondisi itu.


http://raisatunnisa.wordpress.com/2011/09/17/karena-kami-malu-menjadi-pelajar-jogja/
Read More..

Tanggapan dari Kepolisian tentang Tawuran Pelajar

Sudah untuk kesekian kalinya tawuran antar pelajar SMA terjadi di sekitar Stadion Kridosono terutama terjadi pada jam usai sekolah (antara jam 13.30 s/d 17.00. Dan saya sendiri sudah 6 kali menemui kejadian ini dan berupaya untuk membubarkan mereka dengan cara saya, dan alhamdulillah aksi tawuran bisa saya bubarkan.
Saya menghimbau agar dari pihak Polda qq Polresta Yogyakarta, untuk ikut peduli mengantisipasi aksi tawuran pelajar tsb. Pihak Polda bisa dengan melakukan Patroli disekitar Kridosono dan Kotabaru. Toh pihak Polda juga memiliki team Buser.
Saya pribadi prihatin dengan perilaku pelajar khususnya SMA yang sering tawuran. Bayangkan bila terjadi korban jiwa atau terluka dan itu terjadi pada anggota keluarga kita ? Kita harus mengantisipasi ini agar wilayah Yogya bebas dari tawuran pelajar SMU.
Saya sendiri kadang mempertaruhkan diri dalam melerai mereka, karena resiko saya diserang ada. Itu saya lakukan semata karena saya sangat tidak menyukai adanya tawuran antar pelajar SMA.
Kepada Bapak2 dari pihak Kepolisian, hendaknya mau mendengar hal ini. Amankanlah Yogya dari tawuran pelajar, krn bagaimanapun tawuran juga merupakan kejahatan.
Demikian tulisan saya sampaikan, agar mendapatkan perhatian yang serius demi menjaga generasi penerus tidak terjerumus dalam anarkisme.


http://jogja.polri.go.id/pengaduan/7840.html
Read More..

MAN 2 Yogyakarta 'Say No!' Tawuran Pelajar

Selama ini banyak pandangan negatif yang melekat pada diri pelajar SMA. Mereka sering dianggap nakal, suka tawuran, dan anggapan hal negatif lainnya. Kenyataan itu disadari sepenuhnya oleh MAN 2 Yogyakarta. Sehingga pihak sekolah selalu mengadakan pengawasan terhadap siswa-siswinya.

Setiap hari, sekolah selalu mengadakan pengawasan dari pagi hingga sore hari saat waktu pulang sekolah. Hal itu disampaikan oleh Umi Solikhatun, guru BK MAN 2 Yogyakarta kepada Edupost Selasa (13/9) pagi.

“BK bekerja sama dengan kesiswaan dan guru piket selalu mengawasi siswa tiap hari. Saat jam istirahat kedua, semua harus sholat dzuhur berjamaah. Kami juga memiliki kalender bulanan siswa perempuan, sehingga akan terdeteksi siswi yang berhalangan dan yang tidak berhalangan,“ ungkap Umi.

Selain itu, lanjut Umi, pihaknya juga masih memantau anak didiknya saat pulang sekolah.

Menurut Umi, pihaknya juga sudah mendeteksi adanya geng-geng di kalangan siswanya. Namun, berbagai upaya telah dilakukan untuk menanganinya. Di antaranya adanya penandatanganan pernyataan tidak akan membentuk geng oleh siswa yang disaksikan Kepala Madrasah dan Kapolsek setempat.

(MNF)
http://edupostjogja.com/cmsms/news/270/59/MAN-2-Yogyakarta-Say-No-Tawuran-Pelajar.edu
Read More..

Tawuran Siswa SMP di Yogyakarta Bukan Konflik SARA

Kapolresta Yogyakarta, Kombes Mustaqim membantah tawuran pelajar yang belakangan sering terjadi antar siswa SMP di Kota Yogyakarta berhubungan dengan isu suku, agama, ras dan antar golongan (SARA). Mustaqim menegaskan, konflik yang melibatkan pelajar dari beberapa sekolah tersebut merupakan kasus kriminal murni secara perorangan.

“Sesuai fakta yang ada, itu kriminal murni. Sifatnya komunitas (genk pelajar), bukan sekolahnya. Sasaran yang dituju kemudian kepada sekolah dan hal itu dudukung kawan-kawannya,” tegas Mustaqim di Yogyakarta, Sabtu (21/1).

Mustaqim juga membantah jika dirinya menetapkan status Siaga Satu bagi Kota Yogyakarta terkait tawuran pelajar SMP tersebut. Ditegaskannya, hingga saat ini situasi Kota Yogyakarta tetap aman dan terkendali.

“Tidak ada status Siaga Satu, hanya kegiatan ditingkatkan saja. Titik-titik sekolah yang ada perkumpulan massa kami pantau. Siswa yang berkumpul usai pulang sekolah segera kami bubarkan dan diperintahkan untuk pulang,” terang Mustaqim.

Hingga saat ini, tegasnya, puluhan pelajar telah berhasil diamankan petugas Polresta Yogyakarta dengan berbagai kasus pelanggaran yang dilakukan. Para pelajar yang ditangkap tetap akan diproses dan diberikan pembinaan.

“Konteksnya saya proses hukum, biar ada efek jeranya. Kami panggil juga orang tua dan pihak sekolah masing-masing. Kami juga mengedepankan proses pembinaan,” tegasnya.

Diberitakan, dalam minggu ini terjadi beberapa kali aksi penyerangan yang dilakukan siswa SMP di wilayah Kota Yogyakarta. Permasalahan ini lalu berkembang di jejaring sosial yang kemudian memicu terjadinya penyerangan. Buntut dari itu, salah satu sekolah di kawasan Umbulharjo jadi sasaran perusakan dan pelemparan siswa.

http://krjogja.com/read/115751/tawuran-siswa-smp-di-yogyakarta-bukan-konflik-sara.kr
Read More..

Eh Ternyata Smuten....





Sambungan dari link
Read More..

Tukang Becak Tewas di Parit Depan SMK Jetis

Seorang tukang becak bernama Prapto Suwito, 63, warga Boyolali, Jawa Tengah ditemukan tewas di parit pojok SMK Jetis, Jogja, Jumat (17/2) pagi.

Jasad korban pertama kali diketahui Dede Sulaiman, 39, pedagang koran asongan Harian Jogja. Dia menjelaskan, sekitar pukul 05.00 WIB dirinya bersiap mengasong koran di sekitar tempat kejadian. Saat dia memarkir sepeda motor dan mulai menjajakan koran kepada pengguna jalan, Dede melihat seorang laki laki dalam posisi tengkurap berada di parit pojok SMK jetis atau tepatnya di belakang pos polisi simpang empat Jl. AM Sangaji Jogja.

Mengetahui kejadian tersebut menurut Dede dirinya meminta pertolongan pada seorang pengndara sepeda motor untuk melaporkan hal tersebut ke Polsekta Jetis. Setelah dilaporkan polisi melakukan olah TKP dan membawa jenazah ke RSUP Sardjito.

Dari kartu identitas yang ditemukan korban diketahui bernama Prapto Suwito. Satu unit becak berwarna cokelat dengan nonor YB 7855KT diamankan di Mapolsekta Jetis. Sampai saat ini polisi masih melakukan penyelidikan penyebab kematian korban.


http://www.starjogja.com/2012/02/tukang-becak-tewas-di-parit-depan-smk-jetis
Read More..

Rabu, 18 Januari 2012

Wow! Genk Manakah Ini?




http://www.kaskus.us/showthread.php?s=83bf558475638f93906362eddcb7544a&t=12410988
Read More..

Jumat, 13 Januari 2012

Disdik Panggil Pihak Sekolah soal Bentrok Pelajar

Berbagai upaya untuk meminimalisir terjadi tawuran antar pelajar di Yogyakarta sudah dilakukan oleh berbagai pihak. Usai sekolah polisi sudah melakukan patroli sedang Dinas pendidikan memanggil sekolah yang terlibat aksi tawuran.

Hanya saja, aksi tawuran yang terjadi antar siswa sering berada diluar jam sekolah. Beberapa kasus tercatat, aksi dilakukan usai jam belajar selesai atau dilakukan ketika libur sekolah. 

Melalui Wakapolda DIY Kombes Pol Mochamad Jaelani seluruh anggota di bawah Polda DIY memanfaatkan fasilitas yang dimiliki untuk meningkatkan keamanan dengan patroli di lapangan.

Dia meminta agar patroli dilakukan pada jam-jam rawan seperti pulang sekolah dengan menggunakan kendaraan yang sudah dimiliki. Langkah itu dilakukan guna meminimalisir terjadi bentrok.

Sedangkan aksi tawuran yang melibatkan geng, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kota Yogyakarta menyatakan segera memanggil kepala sekolah yang terlibat pada aksi tawuran.

Hanya saja, Disdikpora membantah ada geng di sekolah. Jika memang ada, diyakini sebagai aktivitas di luar jam belajar di sekolah. “Kegiatan itu dilakukan di luar jam sekolah tetapi bagaimanapun kami akan panggil kepala sekolahnya,”kata Kasi Kesiswaan Pengembangan Pendidikan Disdikpora Kota Yogyakarta, Wisnu Sanjaya.

Selain itu diketahui, aksi tindak kekerasan yang melibatkan usai remaja pada bulan September tercatat sebanyak 33 kasus penganiayaan, Sajam 2 kasus, pengeroyokan 11 kasus.

Bulan Oktober tercatat 33 kasus penganiayaan, Sajam 2 kasus , Pengeroyokan 11 kasus. Sedangkan pada bulan November tercatat 25 kasus Penganiayaan, Sajam 3 kasus, Pengeroyokan 6 kasus.


http://jogja.tribunnews.com/2012/01/06/disdik-panggil-pihak-sekolah-soal-bentrok-pelajar
Read More..

Kamis, 12 Januari 2012

Ini Data Tawuran di Kota Yogya

Ini beberapa catatan Tribun Jogja tawuran antar pelajar yang terjadi di Kota Yogyakarta,

- Tawuran antara pelajar antara SMU Gama Yogyakarta dengan pelajar dari SMU Bopkri 2 Yogyakarta terjadi sekitar pukul 12.00 WIB tepatnya di belakang Galeria Mall. Seorang ditangkap sebab melakukan penusukan, Jumat (22/4/2011).

- Tawuran antara Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Piri I versus SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta terjadi lagi, Sabtu (01/10/2011), sekitar pukul 11.00 WIB. Akibatnya, seorang siswa SMK Piri mengalami luka sabetan benda keras dibagian kepala hingga sempat dirawat di rumah sakit dan empat siswa diamankan di Mapolsek Umbulharjo.

- SMA 6 Yogyakarta dengan SMA Muhammadiyah 2. Mereka juga membawa senjata tajam untuk melukai pelajar lain hingga seorang pelajar terkena luka tusuk., Sabtu (29/10/2011)

- Satuan Reserse dan Kriminal Polresta Yogyakarta berhasil menangkap IP (17) alias koplo, pelajar warga Sidoagung, Godean yang tercatat sebagai siswa kelas 1 di satu Sekolah Menengah Atas (SMA) swasta daerah Wirobrajan, Yogyakarta. Dia terlibat aksi tawuran dengan pelajar lain dari SMK 2 Yogya pada Sabtu, (4/12).

- Dua siswa SMA 11 Yogyakarta diamankan di Mapolsek Tegalrejo Yogyakarta akibat terlibat tawuran di seputaran depan SMA 2 Yogya, Rabu (14/12). Mereka membawa stun gun saat berada dilokasi tawuran.


http://jogja.tribunnews.com/2012/01/06/ini-data-tawuran-di-kota-yogya
Read More..

Kamis, 05 Januari 2012

Anak Pelajar Ngaku Reserse

Lima pelajar SMA swasta di Yogya yang tergabung dalam Genk Respect yakni Gs (19), Ba (16), An (17), Bt (18) dan Iq (17) serta seorang pengangguran Gv (17), Selasa (3/1) ditangkap petugas Polsekta Ngampilan usai menyekap serta menganiaya seorang pelajar SMA negeri di Sleman, Harifz Ts (17). Saat disekap, korban dipukuli, ditelanjangi, disundut rokok dan dipaksa memakan mie instan basi.Aksi penganiayaan itu diduga dilatarbelakangi perang genk sekolah.Para pelaku juga mengaku sebagai anggota reserse saat menculik korban.Menurut keterangan, aksi pengeroyokan terjadi di Jalan Ahmad Dahlan Ngampilan Yogya pada Minggu (1/1) dini hari. Sebelumnya 2 genk sekolah yakni BBC dan Respect sudah saling tantang dan siap untuk tawuran. Mereka bahkan mempersenjatai diri dengan pedang. Genk BBC menunggu di seputaran Balai Kota Yogya, sedangkan Respect menunggu di di Jalan Ahmad Dahlan.Karena tak sabar, anggota Geng Respect ke Balai Kota Yogya. Karena personelnya kalah banyak, mereka memilih kembali ke Jalan Ahmad Dahlan. Tak berselang lama, sekitar 10 anggota BBC yang berboncengan 5 sepeda motor menuju ke Jalan Ahmad Dahlan. Sesampainya di sana, ternyata mereka sudah dikepung anggota Genk Respect.”Anggota genk BBC dilempari batu. Sebagian dapat menyelamatkan diri, namun 2 orang terjatuh dari motor, yakni Surya Aditama (17) dan Harifz Ts (17). Mereka dikroyok,” kata Kapolsekta Ngampilan Yogya Kompol Edi Sugiharto.Pengeroyokan tersebut menyebabkan Surya luka sobek di bagian perut dan mendapat 3 jahitan akibat dibabat pedang. Sedangkan Harifz terkena sabetan pedang tumpul di lengan kanan. Pengeroyokan tersebut memancing perhatian warga dan segera dibubarkan. Genk Respect melarikan diri. Begitu juga dengan korban.Namun, tersangka Gs menghalangi Harifz. Gs mengaku sebagai reserse dan akan melindunginya dari serangan Genk Respect. Oleh Gs, Harifz diajak ke Alun-alun utara dan identitasnya diperiksa. Tanpa sepengetahuan Harifz, Gs menghubungi anggota Respect lainnya dan diminta menunggu di sebuah SMA swasta di Wirobrajan, karena Harifz akan dibawa ke sana. Harifz kemudian diboncengkan motor oleh Gs menuju lokasi itu.”Korban menuruti ajakan Gs, karena mengira Gs adalah polisi. Sesampainya di kompleks SMA itu, korban baru mengetahui jika Gs adalah salah satu anggota Genk Respect,” jelas Kompol Edi.Sekitar pukul 05.00, Harifz dibawa ke sebuah lorong di sekitar sekolah dan diperlakukan tidak manusiawi. Ia ditelanjangi, disundut rokok, dipukul dan dipaksa makan mi instan basi. Bajunya dicoret-coret dengan kata-kata bertuliskan ”Respect”. Pukul 07.00, Harifz dibebaskan.Ia kemudian ke rumah temannya untuk minta pertolongan. Pukul 09.00, Harifz melapor ke Polsekta Ngampilan Yogya.Petugas segera ke asrama dan mengamankan tersangka Gs dan Ba. Sehari kemudian, petugas meringkus Ab, Bt dan Gv. Sedangkan Iq menyerahkan diri pada Selasa (3/1) dini hari. Kini petugas masih memburu anggota Genk Respect lainnya yang diduga kuat terlibat kasus tersebut.

(RSP vs BBC)
222.124.164.131/merapi/?p=1016
Read More..