Kamis, 23 Februari 2012

Tanggapan Walikota Terhadap Tawuran

WALIKOTA : PELAJAR KOTA JANGAN “KATROK”

Menyikapi terjadinya kasus tawuran antar pelajar yang terjadi di Kota Yogyakarta akhir-akhir ini, Walikota Yogyakarta H. Herry Zudianto dan Kapoltabes Yogyakarta belum lama ini menggelar dialog dengan para Kepala Sekolah, Pengurus OSIS dan perwakilan siswa SMA/SMK se Kota Yogyakarta bertempat di Ruang Utama Atas Balaikota. Melalui forum ini, Walikota ingin mengetahui persoalan, kegelisahan dan kegerahan apa yang dirasakan para pelajar sehingga memicu aksi tawuran antar pelajar. Hal ini sebagai wujud komitmen keseriusan Walikota terhadap dunia pendidikan di Kota Yogyakarta.
 
“Nasib bangsa Indonesia ditentukan oleh persatuan dari kebhinnekaannya, untuk itu para pelajar diharapkan dapat menyelesaikan perselisihan diantara mereka secara baik sesuai dengan kadar intelektualitas. Janganlah para pelajar menyelesaikan persoalannya dengan “katrok”, terang Walikota ketika mengawali dialognya.

Salah seorang pelajar dari SMA Muhamadiyah 2 Yogyakarta, Said Priambodo mengemukakan bahwa tawuran pelajar yang terjadi di Kota Yogyakarta sudah seperti budaya dimana antara sekolah satu dengan sekolah lain mempunyai sebuah geng. Dan antar geng tersebut mempunyai dendam turun temurun yang sulit untuk dihapuskan. Namun sebenarnya jika mempunyai komitmen yang kuat untuk maju maka hal tersebut dapat dihindari. Said Priambodo berpendapat bahwa perilaku tawuran pelajar terjadi karena pengetahuan pelajar tentang bagaimana membangun kepercayaan diri (building self confident) masih sangat kurang sehingga membuat mereka mudah terpengaruh. Untuk itu, Said mengusulkan agar Pemkot mengadakan kegiatan menggambar mural bersama yang diikuti oleh anggota geng yang ada di sekolah-sekolah sehingga akan memunculkan rasa memiliki diantara mereka untuk memelihara dan menjaga mural tersebut.

Menanggapi hal tersebut Walikota menyatakan siap mengback up setiap kreativitas para pelajar Yogya. Namun sebenarnya berbagai solusi diharapkan berasal dari para pelajar karena sebenarnya mereka yang mengetahui secara pasti segala permasalahan yang dihadapi. Untuk permasalahan yang lebih besar dan menyangkut kebijakan dan fasilitas umum, itu adalah tugas Walikota memenuhinya.
 
Dalam kesempatan yang sama, Kapoltabes Yogyakarta Kompbespol Drs. Agung Budi Maryoto, MSi memberi pengarahan beberapa aspek yang mempengaruhi tindakan dan perilaku generasi muda yang dapat menentukan pembentukan karakter anak. Jika tidak ada arahan dengan baik maka dapat memicu timbulnya perilaku negatif.
 
Lebih lanjut Kapoltebes menegaskan bahwa jajaran Kepolisian dan Walikota sepakat untuk tidak segan-segan melakukan penegakan aturan hukum terkait aksi kenakalan remaja. Diantaranya aksi tawuran pelajar yang berdampak pada keresahan masyarakat khususnya yang berbau kriminalitas.
Walikota menambahkan bahwa saat ini Pemkot sedang menggodok aturan termasuk diantaranya menyangkut pemberian sanksi yang bersifat mendidik dari sekolah. Hal ini sebagai upaya menseriusi gejala tawuran yang mungkin muncul kembali. Pemkot berencana memanggil para orang tua pelajar yang terlibat tawuran, karena yang terjadi jika pihak sekolah memberi sanksi kepada pelajar, malah pihak orang tua datang ke sekolah melakukan protes sembari membawa pengacara. Hal ini adalah tindakan yang tidak mendidik, karena perilaku yang salah tetapi tetap dibela, jelas Walikota.


http://mediainfokota.jogjakota.go.id/detail.php?berita_id=101
Read More..

Minggu, 19 Februari 2012

Yang Bener Yang Mana Sih?

antara ini?
Grixer
atau dengan ini?
Morenza
Read More..

2 SMK di Yogyakarta Tawuran

Lagi-lagi, dunia pendidikan di Yogyakarta tercoreng dengan terulangnya aksi tawuran pelajar. Kali ini, tawuran melibatkan SMK Piri 1 dan SMK Muhammadiyah 3.

Oki Setiawan, 17, pelajar dari SMK Piri 1 menjadi korban amukan pelajar dari SMK Muhammadiyah. Tawuran ini pecah sekitar pukul 11.15 WIB kemarin di Jalan Kenari tepatnya di depan SMK 6 Yogyakarta.Lokasi ini tidak jauh dari SMK Piri 1.Korban yang saat itu tengah berhenti di pinggir jalan didatangi puluhan pelajar SMK Muhammadiyah berkendara motor.

Tanpa alasan yang jelas, korban lantas menjadi bulanbulanan. Akibatnya, korban mengalami luka sobek di bagian kepala belakang. Beruntung, saat kejadian datang petugas Satpol PP dari Dinas Ketertiban (Dintib) Kota Yogyakarta yang tengah melakukan kegiatan patroli keliling. ”Mengetahui korban dikeroyok banyak orang, kami langsung datang menyelamatkan korban, beberapa anggota lain berhasil mengamankan dua pelajar,” kata Hermawan, salah seorang petugas regu patroli.

Setelah dilakukan pengejaran, petugas kembali berhasil mengamankan dua pelajar lain dari SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Sedang, korban yang mengalami luka dilarikan ke RS Bethesda untuk mendapatkan pertolongan medis. Setelah mendapatkan pengobatan, korban dan juga pelajar lain yang berhasil ditangkap langsung dibawa ke Polsekta Umbulharjo.

Pelajar dari SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta yang diamankan masing-masing DA,17,wargaGabusan, Bantul; GP,16,warga Minggiran,Mantrijeron,Yogyakarta; MA,17,warga Pinging,Jetis, dan M,16,warga Godean. Usai menjalani pemeriksaan, GP mengaku antara sekolahnya dengan SMK Piri 1 sudah lama saling bermusuhan. Dari kabar yang diterima dari teman-teman satu sekolahanya, akan ada aksi serangan dari SMK Piri 1 terhadap sekolahnya.

”Daripada keduluan kita berniat menyerang dulu,” katanya. Oki Setiawan mengaku mengatakan saat kejadian dia sedang menungu pacarnya yang sekolah di SMK 6 Yogyakarta. Secara tiba-tiba, dia dikeroyok hingga akhirnya mendapatkan luka di kepala belakang. ”Pakai besi kelihatannya mas,”katanya. Kapolsek Umbulharjo Kompol Iqbal Yudhi mengatakan, para pelajar yang diamankan akan diberikan pembinaan, dan jika dimungkinkan akan dikenakan sanksi apel.

Pihak sekolah dan orangtua juga akan dilakukan pemanggilan untuk memberikan pembinaan. Kasi Kesiswaan dan Pengembangan Pendidikan Disdikpora Kota Yogyakarta,Wisnu Sanjaya mengatakan, pihaknya sudah menerima laporan mengenai kasus tawuran pelajar yang terjadi antara pelajar SMA Piri 1 dan SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta.

Direncanakan,Senin (3/10) besok akan melakukan pemanggilan masing-masing kepala sekolah untuk melakukan koordinasi. ”Kita berharap pihak sekolah sudah bisa menyelesaikan agar tidak kembali terulang. Tapi jika tidak dari Dinas nanti tetap akan turun tangan, kita sejauh ini akan terus memantau,” katanya.

(STPR vs MZA)
http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/432373/
Read More..

Ingin Jemput Pacar, Eh Malah Babak Belur

Sial bener nasib yang dialami Oki Setiawan (16), pelajar kelas II SMK Piri I Yogyakarta , warga Caturtunggal Depok Sleman. Saat nongkrong di depan SMK 6 Yogyakarta untuk menjemput pacarnya, dia tiba-tiba dikeroyok puluhan pelajar dari SMU Muhammadiyah III (Muga) Yogyakarta.

Kepala bagian belakang Oki bocor setelah mendapatkan pukulan menggunakan besi. Beruntung, insiden pengeroyokan itu diketahui oleh petugas Satuan Polisi Pamong Praja Kota Yogyakarta yang tengah berpatroli dan membersihkan spanduk-spanduk tidak berizin yang berada di sekitar lokasi kejadian. Meski para pelajar tersebut berhamburan pergi, namun petugas mengamankan empat orang pelajar dari SMU Muga.

“Saya sedang duduk-duduk, kemudian didatangi dan dikeroyok beramai-ramai,” ucap Oki yang kepala bagian belakang mendapatkan balutan perban usai menjalani perawatan medis di RS Bethesda Yogyakarta, Sabtu (1/10/2011).

Sementara itu, Hermawan, anggota Sat Pol PP yang menangkap empat pelajar SMU Muga mengatakan, pelaku pengeroyokan lebih dari 40 orang yang menggunaka sepeda motor. Dari semua pelajar itu, hanya sebagian orang yang berada di depan saja yang terjun langsung ‘mengeksekusi’ korban.

“Ada yang membawa pedang, sebagian besar para pelajar kabur setelah kami datang. Kami menangkap empat orang yang tertinggal saat pengeroyokan itu terjadi sekira pukul 11.00 WIB,” kata Hermawan yang selanjutnya menyerahkan ke-empat pelajar itu ke polisi setempat.

Ke-empat pelajar itu, Muhidin Argianto (16) dan Muh Reza (16) yang duduk di bangku kelas III, Dimas Agung (16) dan Gumilang Prioambodo (16) kelas II. Ke-empat pelajar ini mengaku hanya ikut-ikutan ‘menyerbu’ SMK Piri saat mendapatkan informasi sekolah mereka akan didatangi sekolah tersebut.

“Saya hanya ikut-ikutan, informasinya SMK Piri akan menyerang kami (SMU Muga), makanya tadi setelah pulang sekolah, kami menyerang sana duluan,” jelas Gumilang diamini tiga rekannya.

Meski demikian, mereka mengaku tidak melakukan penganiayaan terhadap korban yang sedang duduk-duduk di atas sepeda motor.

“Saya tidak tahu kalau sudah ada yang tawuran, saya berada di belakang saat keramaian itu terjadi. Saya berusaha membonceng teman saat pak polisi (Sat Pol PP) menangkap saya, tapi saya tertinggal dan teman saya pergi meninggalkan saya,” jelasnya.

Hingga pukul 13.30 WIB, ke-empat pelajar yang tertangkap itu masih menjalani pemeriksaan intensif polisi. Wakapolresta Yogyakarta AKBP Darmanto sempat meninjau langsung di Mapolsekta Umbulharjo Yogyakarta.

Mantan Kapolres Kulonprogo ini mengaku prihatin dengan adanya tawuran pelajar di kota Yogyakarta. “Masih diperiksa Reskrim, saya hanya meninjau saja,” katanya.

(STPR vs GXR)
http://yogyaonline.net/ingin-jemput-pacar-eh-malah-babak-belur.html
Read More..

Sabtu, 18 Februari 2012

Geng pelajar bergerak terselubung

Hingga Selasa (23/8) siang, pihak SMA N 1 Depok belum menerima laporan resmi terkait tawuran pelajar yang terjadi di depan gedung Jogja Expo Center (JEC), Banguntapan, Bantul, Minggu (21/8) dini hari lalu.

“Kami baru tahu dari berita di koran. Belum ada polisi maupun pihak orangtua korban yang melapor ke sekolah,” kata salah satu guru SMA N 1 Depok, Jarwo.

Seperti diberitakan sebelumnya, tawuran yang melibatkan lebih dari 50 pelajar itu mengakibatkan tiga korban harus dilarikan ke RS. Dua di antaranya adalah Feri Ardi, siswa SMA N 1 Depok dan Aditya Baskoro, siswa SMA 3 Muhamadiyah Jogja. Tawuran itu bermula saat salah satu pemuda meneriakkan “BBC”.

Jarwo juga baru tahu dari koran kalau salah satu siswanya, Feri Ardi, sempat kritis karena luka bacok di punggung. Pihak sekolah belum menengok korban yang kini masih dirawat di RS Pantirapih, Jogja.

Meski masih dalam penyelidikan kepolisian, satpam SMA N 1 Depok, Suroto menduga penyebab pecahnya tawuran itu karena dendam lama kedua kubu. Pasalnya, selama Ramadan ini SMA N 1 Depok sudah tiga kali diteror aksi pelemparan batu.

“Pelemparan batu itu selalu dilakukan tiap Minggu dini hari,” ungkap Suroto. Pelakunya adalah segerombolan pemuda yang berboncengan motor. Setelah menimpuki gerbang sekolah, gerombolan itu langsung tancap gas.

Berkat tegasnya pihak kepolisian, tawuran pelajar kini jarang berlangsung pada siang hari. Kondisi itu jauh berbeda pada 2006 silam. Waktu itu, SMA N 1 Depok bisa dua hingga tiga kali diserang gerombolan pelajar dari sekolah lain.

“Lima tahun lalu, bentrokan kerap terjadi setiap jam pulang sekolah. Saking kewalahan mengatasi bentrokan, banyak satpam mengundurkan diri meski belum satu tahun bekerja,” kenang Suroto.

Adapun Kuntoro, tokoh masyarakat di wilayah Babarsari, membenarkan jika ada sebagian siswa SMA N 1 Depok tergabung dalam geng BBC. Namun, pihaknya tidak tahu pasti keterlibatan geng itu dalam tawuran di depan JEC.

“Sejak saya masih SMA, sudah ada geng pelajar. Waktu itu saya tergabung dalam geng Qzruh yang sampai hari ini masih eksis,” ujar alumnus SMA N 1 Depok angkatan tahun 1989 itu saat ditemui di rumahnya.

Menurut pria yang akrab disapa Bang Toro itu, tawuran pelajar kali ini lebih terselubung karena kecanggihan teknologi. Cukup saling ejek lewat sms atau facebook, para pelajar bisa terpancing emosinya. Menghimpun massa sewaktu-waktu juga lebih mudah dengan hape.

Pada 2008 silam, seluruh anggota geng BBC pernah dikumpulkan di Polsek Depok Barat karena kasus pengeroyokan terhadap seorang warga asal luar Jawa hingga kritis. Namun saat diminta membubarkan organisasi BBC, seluruh anggotanya kompak menolak.

“Alasannya, BBC bukanlah geng. Sebab, tidak semua anggotanya terlibat dalam aksi anarkis,” ujar Kasi Humas Polsek Depok Barat Aiptu Afandi. Menurut Afandi, anggota geng BBC bukan hanya sebagian siswa SMA N 1 Depok yang masih aktif. Para alumnus SMA N 1 Depok pun juga masih terlibat dalam geng tersebut.

“Untuk membina mereka juga sulit. Sebab, geng itu tidak memiliki markas atau tongkrongan tetap,” pungkas Affandi.

lanjutan dari link
(BBC)
http://www.solopos.com/2011/harian-jogja/sleman-2/geng-pelajar-bergerak-terselubung-148534
Read More..

Tanggapan dari awam tentang Tawuran Jogja

Hari ini saudara saya sendiri jadi korban pemukulan orang yang nggak dikenal. Lagi-lagi penyebabnya adalah identitas sekolahnya. Ya, memang sih saat itu dia pakai celana olahraga yang ada identitas sekolahnya. Tapi kejadian ini memang diluar dugaan karena dia masih anak angkatan baru, dan saya tahu betul kalau dia tipe yang nggak suka kumpul-kumpul untuk cari onar. Memang nggak parah sih bekas pukulannya, syukurnya tidak separah seperti pengalaman orang lain yang biasa diceritakan teman-teman saya.

Usaha pemerintah Jogja untuk mengurangi tingkat resiko kekerasan pada pelajar SMA, terutama yang laki-laki, karena disebabkan oleh permusuhan siswa antar sekolah memang setidaknya sudah sedikit dilakukan. Badge sekolah yang dulunya menjadi simbol asal sekolah di SMA kota sekarang diubah menjadi “Pelajar Kota Yogyakarta”. Jadi setidaknya orang-orang yang sebenarnya nggak bersalah tetapi sering jadi objek kekerasan, bisa lebih terselamatkan. Tentunya asalkan juga tidak tempel stiker sana sini di badan motor atau helmnya.

Secara pribadi sebenarnya saya setuju-setuju saja akan adanya kelompok-kelompok tertentu ditiap sekolah. Tentunya kelompok-kelompok tersebut terbentuk biasanya oleh kesamaan-kesamaan yang ada. Bisa karena hobinya sama, latar belakang, cara berpikir, cocok-cocokan ngobrol, dan yang paling kuat yang biasanya dibangga-banggakan siswa sekolah adalah sama-sama ingin membela sekolahnya. Tapi yang menjadi permasalahan adalah ketika aktivitas yang dilakukan tidak sejalan dengan aturan atau kebiasaan yang ada di masyarakat.

Masyarakat Jogja terkenal dengan julukan masyarakat Kota Pelajar. Dan sudah menjadi lumrah bila yang diharapkan memang sikap-sikap selayaknya kaum terpelajar, yang terdidik, yang cendikia. Kekerasan dengan dalih membela martabat teman dan sekolah tentu bukan cara yang dilakukan oleh pelajar Jogja. Statistika berbicara, Jogja adalah wilayah dengan tingkat tawuran pelajar yang cukup tinggi. Namun tentunya data tersebut juga dipengaruhi jumlah pelajar di Jogja yang lebih tinggi daripada wilayah lain, sehingga nampak tingkat tawurannya tinggi. tapi ya, memang begitulah faktanya.

Malu? Ya!

Jelas harus malu. Malah malu-maluin kalau sampai tidak merasa malu. Bahkan saking malunya, ketika saya ada kesempatan mengikuti pertukaran pelajar ke salah satu wilayah di Indonesia, banyak wanti-wanti dari dinas dan kakak-kakak angkatan agar ketika kami ditanya oleh orang-orang di wilayah lain tentang tawuran pelajar, kami harus menjawab bahwa ‘kami tidak tahu menahu soal itu’. Sungguh. Dan alasannya adalah karena kami malu dengan kondisi itu.


http://raisatunnisa.wordpress.com/2011/09/17/karena-kami-malu-menjadi-pelajar-jogja/
Read More..

Tanggapan dari Kepolisian tentang Tawuran Pelajar

Sudah untuk kesekian kalinya tawuran antar pelajar SMA terjadi di sekitar Stadion Kridosono terutama terjadi pada jam usai sekolah (antara jam 13.30 s/d 17.00. Dan saya sendiri sudah 6 kali menemui kejadian ini dan berupaya untuk membubarkan mereka dengan cara saya, dan alhamdulillah aksi tawuran bisa saya bubarkan.
Saya menghimbau agar dari pihak Polda qq Polresta Yogyakarta, untuk ikut peduli mengantisipasi aksi tawuran pelajar tsb. Pihak Polda bisa dengan melakukan Patroli disekitar Kridosono dan Kotabaru. Toh pihak Polda juga memiliki team Buser.
Saya pribadi prihatin dengan perilaku pelajar khususnya SMA yang sering tawuran. Bayangkan bila terjadi korban jiwa atau terluka dan itu terjadi pada anggota keluarga kita ? Kita harus mengantisipasi ini agar wilayah Yogya bebas dari tawuran pelajar SMU.
Saya sendiri kadang mempertaruhkan diri dalam melerai mereka, karena resiko saya diserang ada. Itu saya lakukan semata karena saya sangat tidak menyukai adanya tawuran antar pelajar SMA.
Kepada Bapak2 dari pihak Kepolisian, hendaknya mau mendengar hal ini. Amankanlah Yogya dari tawuran pelajar, krn bagaimanapun tawuran juga merupakan kejahatan.
Demikian tulisan saya sampaikan, agar mendapatkan perhatian yang serius demi menjaga generasi penerus tidak terjerumus dalam anarkisme.


http://jogja.polri.go.id/pengaduan/7840.html
Read More..

MAN 2 Yogyakarta 'Say No!' Tawuran Pelajar

Selama ini banyak pandangan negatif yang melekat pada diri pelajar SMA. Mereka sering dianggap nakal, suka tawuran, dan anggapan hal negatif lainnya. Kenyataan itu disadari sepenuhnya oleh MAN 2 Yogyakarta. Sehingga pihak sekolah selalu mengadakan pengawasan terhadap siswa-siswinya.

Setiap hari, sekolah selalu mengadakan pengawasan dari pagi hingga sore hari saat waktu pulang sekolah. Hal itu disampaikan oleh Umi Solikhatun, guru BK MAN 2 Yogyakarta kepada Edupost Selasa (13/9) pagi.

“BK bekerja sama dengan kesiswaan dan guru piket selalu mengawasi siswa tiap hari. Saat jam istirahat kedua, semua harus sholat dzuhur berjamaah. Kami juga memiliki kalender bulanan siswa perempuan, sehingga akan terdeteksi siswi yang berhalangan dan yang tidak berhalangan,“ ungkap Umi.

Selain itu, lanjut Umi, pihaknya juga masih memantau anak didiknya saat pulang sekolah.

Menurut Umi, pihaknya juga sudah mendeteksi adanya geng-geng di kalangan siswanya. Namun, berbagai upaya telah dilakukan untuk menanganinya. Di antaranya adanya penandatanganan pernyataan tidak akan membentuk geng oleh siswa yang disaksikan Kepala Madrasah dan Kapolsek setempat.

(MNF)
http://edupostjogja.com/cmsms/news/270/59/MAN-2-Yogyakarta-Say-No-Tawuran-Pelajar.edu
Read More..

Tawuran Siswa SMP di Yogyakarta Bukan Konflik SARA

Kapolresta Yogyakarta, Kombes Mustaqim membantah tawuran pelajar yang belakangan sering terjadi antar siswa SMP di Kota Yogyakarta berhubungan dengan isu suku, agama, ras dan antar golongan (SARA). Mustaqim menegaskan, konflik yang melibatkan pelajar dari beberapa sekolah tersebut merupakan kasus kriminal murni secara perorangan.

“Sesuai fakta yang ada, itu kriminal murni. Sifatnya komunitas (genk pelajar), bukan sekolahnya. Sasaran yang dituju kemudian kepada sekolah dan hal itu dudukung kawan-kawannya,” tegas Mustaqim di Yogyakarta, Sabtu (21/1).

Mustaqim juga membantah jika dirinya menetapkan status Siaga Satu bagi Kota Yogyakarta terkait tawuran pelajar SMP tersebut. Ditegaskannya, hingga saat ini situasi Kota Yogyakarta tetap aman dan terkendali.

“Tidak ada status Siaga Satu, hanya kegiatan ditingkatkan saja. Titik-titik sekolah yang ada perkumpulan massa kami pantau. Siswa yang berkumpul usai pulang sekolah segera kami bubarkan dan diperintahkan untuk pulang,” terang Mustaqim.

Hingga saat ini, tegasnya, puluhan pelajar telah berhasil diamankan petugas Polresta Yogyakarta dengan berbagai kasus pelanggaran yang dilakukan. Para pelajar yang ditangkap tetap akan diproses dan diberikan pembinaan.

“Konteksnya saya proses hukum, biar ada efek jeranya. Kami panggil juga orang tua dan pihak sekolah masing-masing. Kami juga mengedepankan proses pembinaan,” tegasnya.

Diberitakan, dalam minggu ini terjadi beberapa kali aksi penyerangan yang dilakukan siswa SMP di wilayah Kota Yogyakarta. Permasalahan ini lalu berkembang di jejaring sosial yang kemudian memicu terjadinya penyerangan. Buntut dari itu, salah satu sekolah di kawasan Umbulharjo jadi sasaran perusakan dan pelemparan siswa.

http://krjogja.com/read/115751/tawuran-siswa-smp-di-yogyakarta-bukan-konflik-sara.kr
Read More..

Eh Ternyata Smuten....





Sambungan dari link
Read More..

Tukang Becak Tewas di Parit Depan SMK Jetis

Seorang tukang becak bernama Prapto Suwito, 63, warga Boyolali, Jawa Tengah ditemukan tewas di parit pojok SMK Jetis, Jogja, Jumat (17/2) pagi.

Jasad korban pertama kali diketahui Dede Sulaiman, 39, pedagang koran asongan Harian Jogja. Dia menjelaskan, sekitar pukul 05.00 WIB dirinya bersiap mengasong koran di sekitar tempat kejadian. Saat dia memarkir sepeda motor dan mulai menjajakan koran kepada pengguna jalan, Dede melihat seorang laki laki dalam posisi tengkurap berada di parit pojok SMK jetis atau tepatnya di belakang pos polisi simpang empat Jl. AM Sangaji Jogja.

Mengetahui kejadian tersebut menurut Dede dirinya meminta pertolongan pada seorang pengndara sepeda motor untuk melaporkan hal tersebut ke Polsekta Jetis. Setelah dilaporkan polisi melakukan olah TKP dan membawa jenazah ke RSUP Sardjito.

Dari kartu identitas yang ditemukan korban diketahui bernama Prapto Suwito. Satu unit becak berwarna cokelat dengan nonor YB 7855KT diamankan di Mapolsekta Jetis. Sampai saat ini polisi masih melakukan penyelidikan penyebab kematian korban.


http://www.starjogja.com/2012/02/tukang-becak-tewas-di-parit-depan-smk-jetis
Read More..