Senin, 19 Desember 2011

Puluhan pelajar tawuran di depan JEC, 3 masuk RS

Puluhan pemuda pelajar SMA dan SMP di Jogja terlibat tawuran Minggu (21/8) dini hari. Tiga orang korban tepaksa dilarikan ke Rumah Sakit (RS), satu diantaranya sempat kritis karena luka bacokan.

Dari informasi yang dihimpun Harian Jogja, tawuran terjadi Minggu (21/8) sekitar pukul 00.30 WIB di depan gedung Jogja Expo Center (JEC), di daerah Banguntapan, Bantul. Kasetyadi, salah seorang security gedung JEC yang malam itu berada di lokasi kejadian menceritkan, sedikitnya 50 orang lebih pemuda menggunakan sepeda motor saling bentrok. Awalnya satu rombongan mondar mandir di depan JEC menggunakan sepeda motor, lalu berhenti di pinggir jalan.

Tiba-tiba datang rombongan lain yang juga menggunakan sepeda motor dari arah barat. Salah satu orang berteriak menyebut nama ‘BBC’ setelah itu kedua rombongan tersebut langsung saling serang. Ada yang melempar dengan batu, memukul dengan besi dan membawa alat penyetrum ada pula yang menggunakan senjata tajam. “Banyak sekali ada sekitar 50 motor kalau orangnya pasti lebih karena kan ada yang boncengan, ada yang teriak itu BBC, pas teriak itu langsung menyerang, mungkin BBC itu maksudnya geng dari Babarsari,” katanya saat ditemui di rumahnya di wilayah Gedong Kuning.

Tawuran berlangsung selama setengah jam. 15 Menit kemudian barulah petugas kepolisian datang setelah sebelumnya dihubungi salah seorang anggota polisi yang jaga di sekitar JEC. Saat tiba di lokasi, rombongan pemuda tersebut sudah melarikan diri. Namun ada tiga orang korban yang terluka parah dan ditolong oleh warga dan langsung dilarikan ke RS. Selain itu juga tertinggal dua buah sepeda motor yakni Supra X warna hitam merah No. Polisi AB 2445 JA serta Honda Beat warna hitam No. Polisi AB 2970 AF. Lampu kendaraan pecah. Selain itu menurut Kasetyadi, ada dua lelaki lainnya juga mengalami luka lecet. Namun mengaku hanya orang lewat yang terjatuh dari motor karena terkena lemparan batu.

Terpisah, Kepala Polsek Banguntapan Kompol Joko Priyono mengungkapkan, tiga korban yang dilarikan ke RS yakni Feri Ardi pelajar SMA Babarsari, Guntur Nugroho pelajar SMP (tak diketahui nama sekolah) serta Aditya Baskoro pelajar SMA 2 Muhamadiyah Jogja. Informasi tersebut didapat setelah mengecek kartu pelajar korban. Korban Feri Ardi sempat kritis dan tak sadarkan diri saat dibawa ke RS karena mengalami luka bacok dalam di bangian punggung. Adapun Aditya Baskoro luka di bagian jari hampir terputus. Keduanya kini masih dirawat di RS Panti Rapih setelah sebelumnya dibawa ke RS Harjo Lukito. Sedangkan Guntur Nugroho disebutkan sudah pulang dari RS. Ia juga mengami luka bacokan di bagian punggung.

Polisi kata dia juga menemukan tiga dompet dan tiga buah telepon genggam di lokasi kejadian selain dua motor yang tertinggal. Dari telepon genggam tersebut diketahui pesan singkat yang berisi rencana para pelaku bertemu di JEC. Namun tak secara eksplisit disebutkan untuk melakukan tawuran karena bahasanya menggunakan kode-kode tertentu. “Sepertinya mereka sudah janjian, dua rombongan itu ketemu di JEC, dari pesan singkat di HP itu begitu,” ujarnya.

Hingga kini belum diketahu motif para pelajar tersebut melakukan perkelahian. Polisi masih menyelidiki kejadian. Polisi juga enggan mengungkap identitas pemilik telepon genggam dan dompet yang berhasil disita.


(BBC vs RGR)
http://www.jogjalive.com/puluhan-pelajar-tawuran-di-depan-jec-3-masuk-rs/
Read More..

Bawa Sajam Dua Pelajar di Tangkap Buser

Gara-gara membawa senjata tajam (sajam) saat nongkrong di depan SMY Muhammadiyah II Yogyakarta. Tiga pelajar Sekolah Menegah Atas (SMA) di Kota Yogyakarta diamankan anggota Satuan Buru Sergap Polresta Yogyakarta.


Mereka diamankan pada Minggu (11/12) dini hari saat sedang nongkrong bersama kelompoknya. Operasi sajam digelar terkait maraknya aksi tawuran pelajar yang melibatkan geng di sekolah.


Mereka yaitu CP (17) warga Glagahsari, Umbulharjo, BB (16) warga Gamping dan BR (17) warga Kasihan Bantul. Dua dari mereka sedang mengikuti ujian di masing-masing sekolahnya, akibatnya polisi harus mengawal mereka ke sekolah.


“Mereka sempat dikawal hingga sekolahnya karena sedang ujian. Proses pemeriksaan masih akan dilanjutkan,”kata Kanit Buser Polresta Yogyakarta, Aiptu Edy Samosir, Rabu (14/12).


http://jogja.tribunnews.com/2011/12/14/bawa-sajam-dua-pelajar-di-tangkap-buser
Read More..

Pelajar SMA Ditangkap Intel saat Tawuran

Dua siswa SMA 11 Yogyakarta diamankan di Mapolsek Tegalrejo Yogyakarta akibat terlibat tawuran di seputaran depan SMA 2 Yogya, Rabu (14/12).

Mereka adalah BD dan IR, keduanya tercatat pelajar SMA 11 Yogyakarta. Uniknya, keduanya berhasil ditangkap setelah sempat berkelahi dengan anggota intel yang berada di sekitar lokasi kejadian.

Sambil menunduk di sofa ruang penyidik, mereka mengaku membawa stun gun yang kini disita polisi untuk melindungi diri jika diserang orang lain. Sebab mereka juga diketahui menjadi anggota geng sekolah yang bernama REM.

“Kami minta mereka untuk menandatangi surat pernyataan agar tak mengulangi lagi. Orang tua mereka juga kami panggil agar melakukan pengawasan terhadap anakknya,”kata Kapolsek Tegalrejo, Kompol Irmawansyah.


(REM vs NCZ)
http://jogja.tribunnews.com/2011/12/14/pelajar-sma-ditangkap-intel-saat-tawuran
Read More..

Minggu, 18 Desember 2011

Rencana Aksi Tawuran Pelajar SMA Digagalkan Oleh Warga

Awal mula, sekelompok siswa SMA sedang berkumpul di Simpang Tiga Jati Kencana Tegalrejo Yogyakarta, warga yang melihat segerombolan tersebut mencurigai dan melaporkannya ke Polsek Tegalrejo Yogyakarta. Anggota Polsek dengan cepat menindaklanjuti laporan warga dan melakukan pengecekan serta penggeledahan terhadap pelajar tersebut dan ditemukan beberapa senjata tajam maupun tumpul. Setelah dilakukan pemeriksaan ternyata sekelompok pelajar tersebut hendak menyerang SMA N 2 Yogyakarta yang ketika itu sedang melaksanakan kegiatan buka bersama dan terawih. Petugas dari Polsek Tegalrejo berhasil mengamankan beberapa barang bukti, yakni 28 unit sepeda motor; 2 buah sabuk dimodif dengan gir sepeda motor; 3 buah pedang; 2 buah palu; 2 buah tongkat besi; 1 buah sabuk; 1 buah linggis; 1 buah bom Molotov berisikan paku; 1 buah rantai; 1 buah setrum kejut dan 1 botol bir. Selanjutnya sekelompok pelajar tersebut diserahkan ke Polresta Yogyakarta guna pemeriksaan lebih lanjut. Menindaklanjuti temuan tersebut, pada malam harinya Tim Buser Reskrim Polresta Yogyakarta melakukan penyisiran di TKP dan wilayah rawan lainnya. Yang berhasil menangkap sembilan pelajar di wilayah Kota Baru Gondokusuman Yogyakarta. Dari oknum pelajar yang ditangkap tersebut berhasil diamankan barang bukti berupa; 4 unit sepeda motor; 1 buah clurit; 1 buah sabuk dimodifikasi dengan gir sepeda motor; sebilah pedang dan 1 batang kayu. Untuk mencegah terjadinya bentrok antar kelompok pelajar, atau kelompok masyarakat lainnya, maka partisipasi warga sangat diperlukan. Terlebih peran dari orang tua pelajar. Bukan tidak mungkin, di tengah aktifitas sekolah, siswa atau pelajar tersebut melakukan tindakan yang berpotensi meresahkan warga dan bersifat criminal. Untuk dapat menekan angka kriminalitas di kalangan pelajar, mutlak peran masyarakat, utamanya orang tua dan sekolah sangat diperlukan.


http://jogja.polri.go.id/berita/rencana-aksi-tawuran-pelajar-sma-digagalkan-oleh-warga.html
Read More..

SMK Piri I Tawur Lawan SMK Muh 3

Tradisi tawuran antara Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Piri I versus SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta terjadi lagi, Sabtu (01/10), sekitar pukul 11.00 WIB. Akibatnya, seorang siswa SMK Piri mengalami luka sabetan benda keras dibagian kepala hingga sempat dirawat di rumah sakit dan empat siswa diamankan di Mapolsek Umbulharjo.


Informasi yang dihimpun Tribun Jogja menyebutkan, pemicu tawuran antar kedua sekolah yang sudah bermusuhan sejak lama itu, diawali dari munculnya informasi siswa SMK Piri akan mendatangi SMK Muhammadiyah 3 (Muga) untuk mengajak tawuran.


Lantaran tak ingin sekolahnya didatangi siswa Piri, sekitar 20 rombongan bermotor siswa SMK Muga meluncur ke arah ke Piri yang berada di seputaran Stadion Mandala Krida. Sebagian dari mereka menggunakan senjata seperti besi, ruyung dan sempat terlihat membawa senjata tajam.


“Tiba tiba saya dipukuli, mereka yang datang dari belakang, tak tau juga alasanya apa,”kata Oki Setiawan Siswa SMK Piri yang menjadi korban.


Oki mengaku tak tahu menahu sebab sedang berada dipinggir jalan menunggu teman pulang sekolah. Akibatnya, kepala bagian belakang mengalami luka hingga mengeluarkan darah serta sempat dirawat di rumah sakit.


Saat Oki dihajar beramai-ramai oleh siswa siswa SMK Muga, patroli Satpol PP Pemkot Yogyakarta sedang melintas melakukan operasi pembersihan spanduk tak berijin yang berada di wilayah kota Yogyakarta.


“Anak itu dihajar beramai-ramai, ada yang menggunakan besi, tampak juga membawa senjata tajam. Melihat itu, kami kemudian melakukan pengejaran terhadap beberapa siswa pelaku hingga ada beberapa yang tertangkap,”kata Hermawan anggota Satpol PP Pemkot Yogya.


Jika tak ada patroli melintas, korban pasti sudah habis dipukuli puluhan siswa SMK Muhammadiyah 3. Sebagaian dari mereka berhasil kabur melarikan diri setelah petugas datang ke lokasi.


Sedangkan yang berhasil diamankan hingga Sabtu, (1/10), siang sekitar pukul 13.24 WIB masih diperiksa di Mapolsek Umbulharjo. Mereka antara lain, Dimas Agung, Gumilang, Muh Reza masing masing siswa berbagai tingkat kelas di SMK Muhammadiyah 3.


“Saya cuma diajak saja saat berada di sekolahan, ada kabar sekolah kita mau didatangi anak Piri. Masalah apa kita juga tak tahu tapi permusuhan seperti ini udah lama tinggalan dari alumni-alumi,”kata seorang dari mereka.


Dia mengaku, sebelunya siswa SMK Muhammadiyah 3 juga pernah menjadi korban serangan dari SMK Piri, bahkan waktu itu, rekannya mendapatkan luka bacok saat terjadi bentrok antar kedua sekolah yang selalu bersitegang sejak dahulu.


Mendengar kabar terjadi bentrok pelajar di wilayahnta, Wakapolresta Yogyakarta AKBP Darmanto tampak datang langsung di Makopolsek Umbulharjo. Dia mengaku prihatin dengan tradisi tawuran yang terjadi antar siswa di Yogyakarta yang mendapat julukan Kota Pelajar.


“Nanti akan akan ditangani polsek Umbulharjo untuk proses kelanjutanya. Kami berharap tak ada lagi permusuhan antar sekolah lagi,”kata Wakapolres.


(STPR vs MZA)
http://jateng.tribunnews.com/2011/10/01/smk-piri-i-tawur-lawan-smk-muh-3
Read More..

Geng di Yogya Tawuran, Warga Kena Sabetan Samurai

Nasib sial menimpa Dias Azam (18), warga Kauman Ngampilan Yogyakarta. Pasalnya, dia terkena sabetan pedang di tangan dan punggungnya.

Kejadian itu terjadi di Jalan Dr Wahidin Yogyakarta, pada Senin (24/1/2011) dini hari. Akibatnya, Azam harus mendapatkan perawatan medis di RS Bethesda Yogyakarta.

Menurut kesaksian teman Azam, Muh Alfiyanto (16), sebelum kejadian mereka mengendari motor hendak pulang. Saat melintas di Jalan Wahidin, keduanya melihat ada perkelahian. Diduga dua kelompok geng sekolah di Yogyakarta.

Melihat hal itu, keduanya berhenti di pinggir trotoar yang berada tak jauh dari lokasi. Namun, salah satu kelompok yang diduga kalah berlari tunggang langgang.

“Ada satu orang yang membawa senjata tajam, dia menuju ke arah saya. Saya dan azam, ketakutan melihat orang tadi. Kemudian kami berdua turut berlari. Sementara, motor yang saya kendarai saya tinggal,” ujar Alfiyanto.

Alfiyanto menambahkan, tak lama berselang dia kembali ke lokasi karena motor yang dipakainya berada di situ. “Teman saya, terkena sabetan pedang. Tapi bisa berlari meninggalkan lokasi itu,” tambahnya.

Usai keadaan mencekam, beberapa warga setempat keluar memenuhi lokasi. Begitu juga petugas Sabara dan Sat Lantas dari Polresta Jogja yang tiba di lokasi. Namun, komplotan pelaku sudah pergi meninggalkan lokasi kejadian.

Melihat kondisinya banyak orang, Alfiyanto kembali menuju ke lokasi. Sesampainya di sana, Alfiyanto mengetahui Azam sudah dalam keadaan terluka.

Mengetahui hal itu, warga maupun Alfiyanto melarikan Azam ke RS Bethesda Yogyakarta sekira pukul 00.20 WIB guna mendapatkan perawatan medis. Kasat Reskrim Polresta Yogyakarta, Kompol Saiful Anwar saat dikonfirmasi membenarkan adanya peristiwa tersebut. Pihaknya masih melakukan penyelidikan kasus ini.


http://news.okezone.com/read/2011/01/24/340/417464/geng-di-yogya-tawuran-warga-kena-sabetan-samurai
Read More..

Kamis, 15 Desember 2011

Pelajar Tawur, Satu Luka Tusuk

Tawuran pelajar SMA kembali terjadi di Kota Jogja. Sabtu (29/10), perkelahian antarpelajar pecah di sekitar SMA Muhammadiyah 2 (Muha) Jogja Jl Kapas Jogjakarta. Tawuran tak hanya diwarnai adu pukul dengan tangan kosong. Ada pula pelajar yang membawa senjata tajam (sajam). Akibatnya, seorang pelajar mengalami luka tusuk di bagian pinggang.

Pelajar yang terluka itu Arsyad Dyan Prasetyo, siswa SMAN 6 (Namche) Jogja. Dia merupakan warga Suronatan, Notoprajan, Ngampilan, Jogja.
Informasi yang diperoleh koran ini menyebutkan tawuran itu diawali saat rombongan puluhan pelajar Namche mendatangi SMA Muha. Mereka datang berombongan dengan berboncengan menggunakan sekitar 15 sepeda motor.

Sambil melintas di sekitar Muha, seorang pelajar melemparkan batu ke arah warung. Saat itu, di warung tersebut banyak terdapat siswa Muha.

”Mereka melempar batu ke arah warung. Kemudian anak-anak yang berada di dalam (warung) mencoba mengejar,” kata Yuli, pemilik warung di sekitar tempat kejadian.
Merasa sekolahnya diserang, sejumlah siswa Muha yang mengetahui kejadian itu langsung melakukan pengejaran menggunakan sepeda motor. Akhirnya, ada pelajar yang tertangkap. Terjadilah baku hantam antarmereka.

Beberapa pelajar diamankan polisi yang segera dating ke lokasi kejadian. ”Kami masih ambil keterangan dari saksi-saksi. Tawuran memang menjadi perhatian khusus di wilayah Umbulharjo. Apalagi, banyak sekolah berada di Umbulharjo,” kata Kapolsek Umbulharjo Kompol Iqbal Yudhi.

penjelasan dari : http://jogja-riot.blogspot.com/2011/10/ada-yang-kembali-ditusuk-nih.html

(RGR vs GNB)
http://www.radarjogja.co.id/nusantara/21-nusantara/22960-pelajar-tawur-satu-luka-tusuk.html
Read More..

Sekelompok remaja berseragam SMA terlibat tawuran

Sejumlah remaja berseragam SMA terlibat tawuran dan aksi lempar batu pada Senin (4/5) tengah hari di Jalan Cik Di Tiro, Terban. Akibatnya, lalu lintas macet selama beberapa lama. Aksi lempar batu itu akhirnya berhenti setelah sejumlah petugas kepolisian mengejar beberapa remaja berseragam SMA.

Menurut salah satu saksi mata, Haryanto (30), tawuran dan lempar batu antar remaja berseragam SMA itu terjadi secara tiba-tiba.

“Sekitar jam 11.30 WIB, tiba-tiba sekitar 10 anak yang memakai seragam SMA melempari kelompok lain, yang juga berseragam SMA. Kelompok yang dilempari batu akbirnya balas melempar, warga dan pengguna jalan di sini sangat takut dengan kejadian itu, karena anak-anak yang pada tawuran kelihatan nekad,” ujarnya siang ini.

Dia berkata, lalu lintas sempat macet karena pengguna jalan takut mereka terkena lemparan batu remaja yang bertikai. Tak berapa lama, imbuhnya, beberapa petugas polisi datang dan mengejar pelaku tawuran. Para pelaku tawuran akhirnya lari tunggang langgang begitu mengetahui polisi mengejar meraka. Seketika itu pula, aksi lempar batu terhenti.


http://www.harianjogja.com/2009/harian-jogja/kota-jogja/sekelompok-remaja-berseragam-sma-terlibat-tawuran-132386
Read More..

Enam daerah rawan tawuran di DIY

Berdasar pemetaan Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Jogja, terdapat enam daerah rawan tawuran di DIY. Lokasi rawan pertama, jalan raya sepanjang tepi Selokan Mataram. Kedua, daerah sekitar Babarsari. Ketiga, Jalan Affandi (Gejayan),  Monjali, Kaliurang, Godean, Magelang. Keempat, kompleks UGM terutama di Fakultas Sastra dan Ilmu Budaya dan lembah UGM.

Kelima, kawasan sekitar balai kota jogja, GOR Amongrogo, Stadion Mandala krida dan Jalan Kusumanegara. Keenam, daerah Kota Baru Gondokusuman, Stadion Kridosono, Gereja Kota Baru dan Masjid Syuhada.

Samsury, Kepala Disdik Kota Jogja, mengatakan salah satu cara mencegah kekerasan antar pelajar adalah melalui kebijakan seragam sekolah yang sama. Tanpa atribut seragam yang dapat membedakan antar sekolah, pihaknya berharap tidak muncul sentimen yang bisa memicu kekerasan antar siswa.

“Kami berharap swasta melakukan serupa, sehingga sentimen antar sekolah bisa ditekan,” kata Samsury, saat menjadi pembicara di sarasehan pencegahan dan penanggulangan perilaku bullying pada siswa SMA/SMK di UST, Kamis (7/5) pagi ini.


http://www.harianjogja.com/2009/harian-jogja/kota-jogja/enam-daerah-rawan-tawuran-di-diy-132515
Read More..

Rabu, 14 Desember 2011

Waspadai geng pelajar…

Disinyalir saat ini muncul geng-geng pelajar di Jogja. Munculnya geng-geng itu memicu tawuran antar pelajar seperti yang terjadi pada Sabtu (3/10). Pihak kepolisian meminta sekolah dan masyarakat mewaspadai pembentukan geng remaja di luar sekolah.

Geng pelajar yang kerap terbentuk dengan berbagai nama dan karakter perlu diberikan perhatian dari berbagai pihak.

Wakasatreskrim Poltabes Jogja AKP Sudarmanto mengatakan sekolah harus lebih banyak berperan memberikan dorongan sekaligus kontrol kepada pada siswanya. Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah 1 Jogja, Adi Waluyo mengungkapkan tawuran itu akibat provokator.

Menurutnya sejumlah pelajar merasa panas dengan provokator yang diterimanya, lantas kemudian memberikan pelawanan kepada pelajar yang dituju. Di samping itu, ia menyikapi jika aksi nekad tersebut tak lepas dari kegiatan siswa di luar kegiatan sekolah.

Menurutnya ada juga siswa-siswa yang membentuk kelompok atau semacam geng sendiri di luar sekolah yang biasanya tidak terkontrol, “Kemarin kan hanya 8 orang anak, itu tidak ada satu persen dari total 1.088 siswa kita, padahal yang lain bagus semua,” ujarnya.

Ia sendiri mengaku telah lama mengadakan upaya pendekatan dan pembinaan bagi semua siswa sebagai antisipasi. “Bahkan sudah ada sinergi antar kepala sekolah juga, itu [tawuran] hanya karena provokator saja,” imbuhnya.

Menurutnya, pihaknya akan memberikan sanksi kepada pelajarnya. Di sisi lain, Kaur Binkops Reskrim Poltabes Jogja AKP Fajar Gemilang mengatakan, pelajar yang terjaring dalam aksi tawuran tersebut langsung dipulangkan. Dikatakannya, dalam pemeriksaan yang dilakukan, pihaknya tidak mendapati sejumlah barang bukti yang memberatkan.


http://www.harianjogja.com/2009/harian-jogja/kota-jogja/waspadai-geng-pelajar-135442
Read More..

Gara-gara saling ejek di Facebook

Setelah memeriksa 12 orang siswa yang diduga terlibat aksi pengeroyokan pemuda di Gondokusuman, Poltabes Jogja Selasa (22/12) siang kemarin, telah menahan satu tersangka.

Sementara Dinas Pendidikan Kota Jogja (Disdik), pa da hari yang sama, telah memanggil beberapa kepala se kolah dan meminta mereka meredam gejolak di sekolah pasca tawuran yang me nyebabkan satu orang meninggal yang terjadi Minggu (20/12) dini hari lalu.

Kapoltabes Jogja, AKBP Ahmad Dofi ri mengungkapkan, pihaknya telah memeriksa 12 orang dalam penyelidikan kasus pengeroyokan pada Minggu lusa.

Dia berkata, dari 12 orang yang telah diperiksa, satu di antaranya sudah ditahan dan lima lainnya masih diperiksa secara mendalam.

Menurutnya, satu tersangka telah ditahan karena terbukti membawa pedang. Meski demikian, Kapoltabes Jogja juga tidak menyebut nama atau inisial orang yang ditahan. Kemungkinan bertambahnya tersangka, masih cukup terbuka karena penyelidikan terus berlangsung.

Sementara itu, dalam pertemuan Disdik dan sejumlah kepala sekolah, dibahas mengenai munculnya kondisi antar sekolah yang kini sedang dalam suasana ‘panas’. Pasalnya siswa sekolah langganan tawuran garagara saling ejek di facebook (FB).

“Tantang-tantangan itu bermula dari FB, tetapi antar pelajar bukan alumni,” kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Jogja Syamsuri, di sela-sela pertemuan para kepala sekolah, Selasa (22/12).

Akumulasi suasana ‘panas’ di FB itu, pecah pada tawuran pemuda yang terjadi Minggu (20/12) dini hari. Tawuran itu melibatkan siswa salah satu SMA swasta di Jogja dan memakan korban seorang mahasiswa alumni SMA 6 Jogja. “Itu sudah kesekian kali dipicu nyek-nyekan di facebook,” tambah Syamsuri.

Menghindari permasalahan sama terulang, harap dia, pihak sekolah diminta meredam gejolak di sekolah. “Kami minta kepala sekolah mampu meredam agar tidak ada pertentangan lanjut,” imbau Syamsuri.

Pertemuan antar kepala sekolah kemarin, tidak mengungkap detik-detik sesaat sebelum tawuran pecah. Pertemuan hanya mengungkap, malam itu korban yang alumni SMA 6 sedang merayakan ulang tahun di Bundaran UGM.

Setelah acara bersama teman-temanya di Bundaran UGM selesai, mereka menuju ban taran Code di dekat masjid Syu hada’ mencari makanan ringan. Naas, saat di Jalan Suroto korban dikeroyok dan menyebabkan satu korban tewas bernama Teofi lus Uki Caesar Kusuma dan dua di antaranya menabrak tiang telepon.

Menanggapi adanya panggilan DPRD Kota Jogja terkait maraknya kekerasan remaja, ujar Syamsuri, Disdik mengaku siap memberikan penjelasan atas aksi tawuran pelajar yang masih sering terjadi di kota ini.

Wuryadi, Ketua Dewan Pendidikan DIY berpendapat, ta wuran pelajar sekarang sering dipicu masalah remeh temeh. Semisal dipicu saling ejek identitas sekolah, saling ejek di perlombaan dan sebagainya.

Dia menegaskan, kenakalan remaja di Jogja tergolong tidak normal. Pasalnya kenakalan normal terjadi secara sporadis, sedangkan fenomena di Jogja kenakalan terus terjadi secara berulang. Sehingga seolah kejadian itu terstruktur.


http://www.harianjogja.com/2009/harian-jogja/kota-jogja/gara-gara-saling-ejek-di-facebook-136786
Read More..

SMAN 7 Jogja dilempari batu

Sabtu (30/1) siang kemarin SMA Negeri (SMAN) 7 yang terletak di Jalan Mt Haryono Mantrijeron, Jogja diserang oleh puluhan siswa sekolah lain. Mereka melempari batu yang mengakibatkan sejumlah kaca jendela pecah. Tak ada korban dalam kejadian ini. Menurut keterangan Satpam SMAN 7 Jogja, Paryanto kepada Harian Jogja, peristiwa perusakan tersebut terjadi sekitar pukul 12.45 WIB.

Sejumlah pelaku perusakan, terang Paryanto, merupakan sekelompok siswa sekolah swasta di Jogja yang berjumlah lebih dari 50 orang. ”Mereka berboncengan dengan mengendarai sepeda motor dan sebagian masih menggunakan seragam sekolah,” ujarnya. Informasi yang diperoleh Harian Jogja menyebutkan, saat kejadian sejumlah pelaku turun dari kendaraan dan menyerang SMAN 7 dengan melemparkan batu ke arah sekolah.

Saat itu, Paryanto yang sedang berjaga mengaku lemparan batu terjadi beberapa kali ke arahnya, namun ia berhasil menyelamatkan diri dengan bersembunyi. Peristiwa yang berlangsung hanya beberapa saat ini mengundang perhatian warga sekitar sekolah. Akibatnya mereka yang berusaha meredamkan aksi tersebut hampir mendapatkan serangan. Meskipun demikian, tidak terjadi bentrok antar warga, akhirnya kelompok siswa yang dikatakan datang sembari mengusung bendera tersebut bisa dibubarkan.

”Mereka lantas kabur ke arah barat,” pungkas Paryanto yang juga menerangkan selain menyerang, sejumlah pelaku tersebut juga menghujat dengan rangkain kata kotor. Lebih waspada Sementara itu, saat kejadian siswa SMAN 7 yang tengah memulai jam pelajaran usai waktu istirahat kedua ini diimbau untuk tidak terpancing oleh aksi tersebut. Koordinator Bimbingan Konseling Sumiyati mengatakan saat kejadian dia langsung mengamankan siswa untuk tetap berada di dalam ruang kelas.

”Dengan kejadian ini tentu kami semakin waspada lagi mengawasi anak-anak kami, terlebih saat ini siswa kelas 12 sedang menghadapi persiapan ujian, jadi mohon untuk tidak terpancing,” papar Sumiyati kemarin. Kapolsekta Mantrijeron, Jogja AKP Aryuniwati kepada Harian Jogja mengatakan hingga kini pihaknya tengah melakukan berbagai antisipasi terkait dengan aksi tawuran pelajar yang makin marak.

Di antaranya dengan melakukan berbagai penyuluhan kesekolah-sekolah serta melakukan pembinaan sebagai langkah antisipasi. Aryuniwati mengatakan pihaknya yang datang ke TKP tak lama setelah kejadian, dan mengamankan sejumlah barang bukti. Diantaranya batu serta sepotong kayu yang ditinggalkan disekitar TKP, diduga kuat barang tersebut digunakan oleh pelaku untuk melakukan perusakan. Hingga kini kasus ini masih dalam penyelidikan lebih lanjut.


http://www.harianjogja.com/2010/harian-jogja/kota-jogja/sman-7-jogja-dilempari-batu-137528
Read More..

Belasan pelajar terlibat tawuran

Belasan pelajar SMA terlibat
tawuran di seputaran Jl Affandi, Caturtunggal, Depok, Selasa (20/7)
siang.

Tawuran itu diduga melibatkan pelajar
dari SMA Muhammadiyah 2 Jogja dan SMA Negeri I Depok.

Fikri Aditya,16, pelajar kelas XI SMA
Muhammadiyah 2 menceritakan, semula mereka akan pergi ke sebuah
tempat pengajian. Namun karena tertinggal dari rombongan lainnya,
mereka berputar-putar di kawasan Jl. Affandi untuk mencari alamat
tempat pengajian itu.

Sesampai di depan Jogja Plaza Hotel,
mereka bertemu dengan rombongan pelajar SMA Negeri 1 Depok yang
langsung melempar rombongan mereka dengan batu. Karena kalah banyak,
mereka kemudian memilih melarikan diri ke arah Papringan. Namun
lagi-lagi mereka kembali dikejar sehingga tawuran tak terhindarkan.

Tawuran dan aksi kejar-kejaran terus
berlangsung hingga ke arah Plasa Ambarrukmo. Beruntung petugas Polsek
Depok Barat segera menganitisipasi dan mengamankan setidaknya 18
pelajar.

Sedangkan beberapa siswa SMA 1 Depok
mengaku justru rombongan merekalah yang diserang terlebih dahulu oleh
rombongan pelajar SMA Muhamadiyah 2, ketika hendak pergi ke
Condongcatur.


(RGR vs BBC)
http://www.harianjogja.com/2010/harian-jogja/sleman-2/belasan-pelajar-terlibat-tawuran-140883
Read More..

Pelajar tawuran di Semaki Umbulharjo

Dua kelompok pelajar terlibat tawuran di depan Kantor Kejati DIY Jalan Sukonandi, Semaki, Umbulharjo, Jumat (29/7), sekitar pukul 13.30 WIB.

Berdasar informasi yang dihimpun Harian Jogja, kejadian bermula saat sekelompok pelajar yang mengendarai sepeda motor melintas di lokasi kejadian. Mereka menggeber-geber kenalpot kendaraan. Diduga karena tersinggung dengan aksi tersebut, sejumlah pelajar lain yang berada tak jauh dari lokasi langsung menyerbu kelompok tersebut.

Sempat terjadi saling lempar kayu dan batu. Dua sepeda motor nyaris jadi korban perusakan oleh para pelajar tersebut. Untung tawuran tak meluas karena berhasil dihentikan oleh petugas keamanan Kejati DIY.


http://www.harianjogja.com/2011/harian-jogja/kota-jogja/pelajar-tawuran-di-semaki-umbulharjo-147976
Read More..

Geng pelajar bergerak terselubung

Hingga Selasa (23/8) siang, pihak SMA N 1 Depok belum menerima laporan resmi terkait tawuran pelajar yang terjadi di depan gedung Jogja Expo Center (JEC), Banguntapan, Bantul, Minggu (21/8) dini hari lalu.

“Kami baru tahu dari berita di koran. Belum ada polisi maupun pihak orangtua korban yang melapor ke sekolah,” kata salah satu guru SMA N 1 Depok, Jarwo.

Seperti diberitakan sebelumnya, tawuran yang melibatkan lebih dari 50 pelajar itu mengakibatkan tiga korban harus dilarikan ke RS. Dua di antaranya adalah Feri Ardi, siswa SMA N 1 Depok dan Aditya Baskoro, siswa SMA 3 Muhamadiyah Jogja. Tawuran itu bermula saat salah satu pemuda meneriakkan “BBC”.

Jarwo juga baru tahu dari koran kalau salah satu siswanya, Feri Ardi, sempat kritis karena luka bacok di punggung. Pihak sekolah belum menengok korban yang kini masih dirawat di RS Pantirapih, Jogja.

Meski masih dalam penyelidikan kepolisian, satpam SMA N 1 Depok, Suroto menduga penyebab pecahnya tawuran itu karena dendam lama kedua kubu. Pasalnya, selama Ramadan ini SMA N 1 Depok sudah tiga kali diteror aksi pelemparan batu.

“Pelemparan batu itu selalu dilakukan tiap Minggu dini hari,” ungkap Suroto. Pelakunya adalah segerombolan pemuda yang berboncengan motor. Setelah menimpuki gerbang sekolah, gerombolan itu langsung tancap gas.

Berkat tegasnya pihak kepolisian, tawuran pelajar kini jarang berlangsung pada siang hari. Kondisi itu jauh berbeda pada 2006 silam. Waktu itu, SMA N 1 Depok bisa dua hingga tiga kali diserang gerombolan pelajar dari sekolah lain.

“Lima tahun lalu, bentrokan kerap terjadi setiap jam pulang sekolah. Saking kewalahan mengatasi bentrokan, banyak satpam mengundurkan diri meski belum satu tahun bekerja,” kenang Suroto.

Adapun Kuntoro, tokoh masyarakat di wilayah Babarsari, membenarkan jika ada sebagian siswa SMA N 1 Depok tergabung dalam geng BBC. Namun, pihaknya tidak tahu pasti keterlibatan geng itu dalam tawuran di depan JEC.

“Sejak saya masih SMA, sudah ada geng pelajar. Waktu itu saya tergabung dalam geng Qzruh yang sampai hari ini masih eksis,” ujar alumnus SMA N 1 Depok angkatan tahun 1989 itu saat ditemui di rumahnya.

Menurut pria yang akrab disapa Bang Toro itu, tawuran pelajar kali ini lebih terselubung karena kecanggihan teknologi. Cukup saling ejek lewat sms atau facebook, para pelajar bisa terpancing emosinya. Menghimpun massa sewaktu-waktu juga lebih mudah dengan hape.

Pada 2008 silam, seluruh anggota geng BBC pernah dikumpulkan di Polsek Depok Barat karena kasus pengeroyokan terhadap seorang warga asal luar Jawa hingga kritis. Namun saat diminta membubarkan organisasi BBC, seluruh anggotanya kompak menolak.

“Alasannya, BBC bukanlah geng. Sebab, tidak semua anggotanya terlibat dalam aksi anarkis,” ujar Kasi Humas Polsek Depok Barat Aiptu Afandi. Menurut Afandi, anggota geng BBC bukan hanya sebagian siswa SMA N 1 Depok yang masih aktif. Para alumnus SMA N 1 Depok pun juga masih terlibat dalam geng tersebut.

“Untuk membina mereka juga sulit. Sebab, geng itu tidak memiliki markas atau tongkrongan tetap,” pungkas Affandi.


(BBC)
http://www.harianjogja.com/2011/harian-jogja/sleman-2/geng-pelajar-bergerak-terselubung-148534
Read More..

Picu tawuran, 3 pelajar SMA diciduk

Tiga pelajar kelas X sebuah SMU swasta di Jogja diamankan Polsek Gondokusuman setelah ditangkap warga dan polantas saat mencoba memancing tawuran terhadap pelajar di SMAN 9 Jogja, Kamis (5/8) siang.

Saksi mata yang juga satpam SMAN 9 menuturkan, sebelumnya ketiga pelajar yang ditangkap itu bersama puluhan rekannya mengendarai sepeda motor melintas depan SMAN 9. “Mereka ada sekitar 20 orang dan lewat sambil mblayer-mblayer kendaraan mereka keras. Tapi para siswa [SMAN 9] tak ada yang keluar karena jam pelajaran masih berlangsung,” katanya kepada Harian Jogja.

Baru beberapa meter melewati depan gerbang SMAN 9, rombongan siswa itu dihampiri polisi lalu lintas yang mencium gerak-gerik para siswa itu saat melewati jalan Solo. Panik, tiga siswa yang berada paling depan rombongan itu berbalik arah. Naas, mereka terjatuh dan hampir saja kena amuk massa warga sekitar sebelum akhirnya diminta satpam SMAN 9 untuk dibawa ke pos satpam. Sementara rekan mereka kabur.

Tak berselang lama, jajaran Polsek Gondokusuman datang membawa mereka guna dimintai keterangan. Petugas Polsek Gondokusuman, Ipda Purwanto, menuturkan para siswa itu akan dimintai keterangan terkait aksi yang dilakukannya.

Ditambahkan Purwanto, sesaat sebelum penangkapan ketiga siswa itu juga telah terjadi penyerangan dengan pelemparan batu ke SMU Bopkri 2 Jogja. “Tapi kami belum tahu apakah pelakunya rombongan ini atau bukan. Masih kami selidiki,” katanya.


http://www.harianjogja.com/2010/harian-jogja/kota-jogja/picu-tawuran-3-pelajar-sma-diciduk-141289
Read More..

Pelajar nyaris bentrok di lapangan Cangkringan

Bentrokan antar pelajar nyaris terjadi di lapangan Jetis, Argomulyo, Cangkringan yang berjarak sekitar 500 meter dari Polsek, Rabu (18/5). Karena kesigapan petugas kepolisian, dua kubu yakni pelajar SMK Muhammadiyah Prambanan dan SMK Muhammadiyah Pakem berhasil dicegah.

Sejumlah barang milik pelajar disita oleh petugas Polsek Cangkringan yakni sebilah pedang, gear sepeda motor dan satu tas berisi batu. Tujuh siswa dari kedua sekolah juga dimintai keterangan sebelum diserahkan kepada orang tuanya masing-masing.

Informasi yang dihimpun Harian Jogja, kejadian itu berlangsung pukul 11.00 WIB. Saat itu puluhan siswa dari SMK Muhammadiyah Prambanan konvoi dari selatan dan berhenti di lapangan Jetis.

Tidak lama dari arah utara ada konvoi puluhan pelajar siswa SMK Muhammadiyah Pakem melintas di depan Polsek Cangkringan menuju arah lapangan. Polisi sudah berusaha mencegah karena diperkirakan akan terjadi bentrokan, namun rombongan konvoi terus melaju dan akhirnya bertemu di lapangan.

Sebelum bentrok, pelajar dari SMK Muhammadiyah Pakem beputar arah. Polisi berseragam dan berpakaian preman berhasil mencegah terjadi tawuran. Sejumlah pelajar yang melarikan diri berhasil ditangkap dan dibawa ke Polsek Cangkringan.

“Tadi ada rombongan di lapangan, terus dari utara ada konvoi lulusan. Terus yang dari utara putar balik tapi belum sempat bentrok,” kata Yuda, warga yang kebetulan melintas di lokasi.


http://www.harianjogja.com/2011/harian-jogja/sleman-2/pelajar-nyaris-bentrok-di-lapangan-cangkringan-146518
Read More..

Selasa, 13 Desember 2011

Geng Pelajar Nexas Komitmen Antianarkis

Fenomena geng pelajar di Yogyakarta masih ada di sejumlah sekolah. Satu diantaranya Nexas, singkatan dari Negeri Satu Sleman (SMAN 1 Sleman).

Geng pelajar tersebut berdiri sejak enam tahun lalu, dan bermarkas di sekolahan yang berlokasi di Jalan Magelang Km 15, Medari Sleman.

“Nexas dibentuk sebagai wadah suporter tim sepakbola maupun bola basket sekolah kami. Awalnya kita hanya 15 orang. Setelah berjalan, anggotanya semakin bertambah banyak," ujar Ketua Nexas, Debby 'Dobol' Kurniawan, Selasa (18/01/2011).

Seiring berjalannya waktu, Nexas mampu menjaga komitmennya untuk antianarkis dan terlibat dalam kegiatan sosial, misalnya membantu korban gempa bumi di Bantul tahun 2006, dan bencana erupsi Gunung Merapi.

"Sebenarnya, banyak sekolah lain ingin masuk keanggotaan Nexas. Tapi karena ingin memiliki citra dan menjaga konsistensi, maka terpaksa kami hanya menerima anggota dari kalangan SMA I Sleman," katanya.
 
Salah satu pengagum Nexas, Evita Nugrahening Tyas Saputri (18) menilai geng Nexas adalah sekelompok pelajar yang tidak suka tawuran, dan suka bersikap kocak.

"Saat masih sekolah Nexas selalu menghibur setiap kali ada kompetisi basket atau lainnya. Saya kenal dengan beberapa anggotanya. Mereka adalah sekumpulan orang lucu," ujar alumni SMA 1 Mlati, Cebongan, Sleman itu.

Selama tiga tahun menempuh jenjang sekolah menengah atas, ia tidak pernah mendengar kabar kalau Nexas tawuran dengan kelompok lain. Para anggota Nexas juga sangat memerhatikan pendidikan.

"Mereka itu pintar-pintar. SMA I Sleman kan termasuk favorit. Mereka malah mungkin enggak berani tawuran," katanya sambil tertawa.

Vita mengatakan, tidak sedikit anggota Nexas yang berdandan keren dan memikat para remaja putri.

Eksistensi Nexas di SMA I Sleman tak pernah mendapat teguran dari pihak sekolah. "Saya mengerti betul mereka satu per satu. Nexas memiliki komitmen antianarkis dan sudah dibuktikannya," kata eks pengampu Nexas, Hermin MEd.

Setelah generasi pertama Nexas lulus, generasi penerus juga mampu mempertahankan komitmen antianarkis. Bahkan, mereka mampu tampil lebih variatif saat mendukung tim basket dan sepakbola SMA I Sleman.

"Tak lama setelah munculnya Nexas, saya ikut suami ke ke Australia. Namun, dari informasi para ‘sesepuh’ Nexas yang masih aktif komunikasi dengan saya, sampai saat ini geng tersebut semakin baik," ujarnya.

Hermin mengatakan, tidak ada salahnya jika Nexas tetap eksis. Syaratnya, harus tetap antianarkis. "Dilarang tawuran dan mabuk-mabukan,” katanya.

http://jogja.tribunnews.com/2011/01/18/geng-pelajar-nexas-komitmen-antianarkis
Read More..

Siswa SMA Muhammadiyah I dan SMA 6 Hampir Duel di PN Yogyakarta

Beberapa pelajar dari SMA N 6 Yogyakarta dan SMA Muhammadiyah I Yogyakarta terlibat bentrok di luar komplek Pengadilan Negeri (PN) Yogyakarta, Selasa (23/2). Para pelajar ini merupakan pendukung rekan mereka yang menjadi terdakwa di dalam kasus tawuran pelajar yang mengakibatkan meninggalnya alumni SMA N 6 di Jalan Suroto Kotabaru, beberapa bulan lalu.

Ratusan massa pendukung kedua pihak hadir di depan gedung PN, dengan pengawalan ketat dari pihak Kepolisian. Begitu enam tersangka (siswa Muhammadiyah I) dibawa menggunakan mobil tahanan, kedua kubu langsung panas dan beberapa siswa menggeber gas sepeda motornya. Beberapa siswa terlihat beradu mulut dan akhirnya saling mendorong.

Beruntung, sebelum terjadi baku hantam, Polisi langsung mengamankan keadaan dan memisah kedua kubu. Kejadian ini pun sempat nyaris terulang lagi di jalan depan PN, namun aparat dengan sigap kembali melerai para pelajar.

Pandu, sorang siswa SMA N 6 mengaku datang ke PN untuk membuktikan rasa solidaritas. Dirinya mengaku, tidak ada pihak yang mengkoordinir pelajar untuk datang ke PN. "Kami datang, untuk menunjukkan solidaritas kami di dalam kasus ini," ujarnya.

Sementara, Rosi, siswa SMA Muhammadiyah I menjelaskan, pihaknya yakin rekannya yang menjadi tersangka tidak bersalah. Untuk itu, dirinya bersama ratusan siswa lainnya siap mendukung para tersangka. "Kita yakin teman-teman kita nggak bersalah. Itu terjadi karena kecelakaan, bukan karena penganiayaan," uajarnya.

Secara bergantian, pihak Kepolisian mengawal kedua kubu massa untuk kembali ke sekolah mereka masing-masing. Ratusan siswa Muhammadiyah I dikawal terlebih dahuu, baru selanjutnya siswa SMA N 6. Sementara itu, sidang ini pun akhirnya ditunda hingga Kamis (25/2) besok, lantaran saksi yang ingin dihadirkan tidak datang.


(Oestad vs GNB)
http://krjogja.com/read/21427/siswa-sma-muhammadiyah-i-dan-sma-6-hampir-duel-di-pn-yogyakarta.kr
Read More..

Saling Bersitegang, 2 Kelompok Pelajar Tawur di Baciro


Aksi tawuran antara pelajar siswa SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta dan SMK PIRI I Yogyakarta terjadi di kawasan Baciro, Gondokusuman, tepatnya di sisi barat Stadion Mandala Krida Yogyakarta, Rabu (25/11). Akibat kejadian ini, beberapa pelajar sempat dibawa petugas untuk dimintai keterangan.

Informasi para saksi di tempat kejadian, kejadian terjadi sekitar pukul 11.15 WIB. Saat itu, puluhan pelajar dengan seragam batik (SMK Muhammadiyah 3. red) datang dengan menggunakan sepeda motor dari arah barat menuju stadion Mandala Krida. Sesampainya di pertigaan SMK PIRI I, kelompok pelajar tersebut berpapasan dengan kelompok pelajar yang lain (SMK PIRI I. red). Di tempat ini pula, langsung pecah baku pukul antara kedua kubu pelajar.

Perkelahian yang diduga berawal dari saling ejek ini tidak berlangsung lama, lantaran di sekitar lokasi terdapat ratusan Polisi yang tengah berjaga saat pengamanan acara Milad Muhammadiyah di Stadion Mandala Krida. Segera petugas berhamburan ke lokasi tawuran untuk melerai perkelahian tersebut.

Dalam insiden ini, setidaknya empat orang pelajar dari masing-masing kubu sempat dibawa ke Kantor Polsek Gondokusuman untuk dimintai keterangannya. Namun, setelah satu jam menjalani pemeriksaan, pelajar ini diperbolehkan pulang dan tidak ada satupun yang ditahan.

Kendati demikian, Kapolsek Gondokusuman, AKP Dodo Hendro Kusumo, menepis adanya perkelahian pelajar tersebut. Menurutnya, insiden tersebut hanyalah merupakan kejadian saling bersitegang saja antar kedua kubu pelajar.

"Dari keterangan para saksi yang dibawa ke sini, tidak ditemukan fakta-fakta terjadinya tawuran. Tidak ada yang terluka, juga tidak ada barang bukti. Hanya saling bersitegang saja. Mereka juga sudah kami pulangkan," terangnya kepada KRjogja.com.


(STPR vs MZA)
http://krjogja.com/read/9660/saling-bersitegang-2-kelompok-pelajar-tawur-di-baciro.kr
Read More..

Geng Ganza Juga Suka Kegiatan Kreatif


Sebuah graviti berlatar biru muda menghiasi dinding luar tempat penampungan sampah sementara, di depan SMA Negeri 9 Yogyakarta. Tak jelas apa bunyi tulisan bertinta ungu itu. Namun, berkat goresan graviti itu, halaman depan sekolah tak tampak kumuh.

"Itu anak-anak Ganza yang bikin. Waktu kami kelas I, kami hanya ikut bantu-bantu saja," ujar Pandu, siswa kelas III SMAN 9, saat ditemui di sekolahnya, di Jalan Sagan I Yogyakarta, Sabtu (22/1/2011).

Ganza adalah nama geng di SMA 9 Yogyakarta yang dikenal gemar tawuran. Namun anggota Ganza juga melakukan kreasi bersama. Graviti adalah satu model kreatifitas yang dilakukan oleh anggota geng Ganza.

"Bau 'harum' dari tempat penampungan sampah terkadang tetap tercium. Tapi dengan memperindah dindingnya, agar suasana kotor jadi hilang," katanya.

Menurut Izul (18), anggota Ganza yang lain, kegiatan anak-anak Ganza tak jauh dari kesenangan remaja-remaja lain yang seusianya. Misalnya naik gunung, keluyuran pelbagai tempat, atau sekadar main games bareng di sejumlah tempat persewaan Play Station (PS). "Tawuran itu buat ramai-ramai aja," kata Izul yang mengaku sudah 'bertobat' dan tidak lagi mau diajak tawuran ini.

Izul menceritakan bahwa tidak ada ritual khusus seperti perpeloncoan terhadap anggota baru Ganza. Dengan demikian, katanya, tidak ada hierarki keanggotaan dan senioritas di antara mereka.

"Kami sama. Mungkin kelemahannya adalah ketika kami menginjak kelas III, kami jadi tidak begitu dekat dengan anak-anak Ganza yang kelas II atau kelas I," kata Izul.

Kekompakan anggota mereka bangun sekadar dengan nongkrong atau bermain bersama. "Kami biasa nongkrong di sekitar sekolah saja," ujar Izul sembari menggoda gadis-gadis dari SMA lain yang melintas di hadapannya.

http://jogja.tribunnews.com/2011/01/22/geng-ganza-juga-suka-kegiatan-kreatif
Read More..

Senin, 12 Desember 2011

Rekruitmen Geng Ganza tak Ada Paksaan


Kala itu pelajaran masih berlangsung. Pandu (18), siswa SMA Negeri 9 Yogyakarta, bersama kawannya sedang mengendarai sepeda motor di sekitar Stadion Kridosono. 


Tiba-tiba sejumlah siswa berseragam dari sekolah lain menyerangnya dengan benda tumpul. Seorang kawan Pandu pun menderita luka di bawah mata kanan, dan harus diberi lima jahitan. "Itu terjadi sewaktu kami masih kelas I," kisah Pandu di sekolahnya di daerah Sagan I, Yogyakarta, Sabtu (22/1/2011).


Pandu mengisahkan kalau sejumlah siswa yang menyerang itu adalah siswa anggota geng dari SMA di kawasan Jetis, Yogyakarta. Geng dari SMA tersebut bagaikan musuh bebuyutan bagi geng sekolah di SMA-nya. 


Setelah tahu pelaku penyerangan, geng dari SMA Negeri 9 Yogyakarta pun langsung menggalang kekuatan untuk balas dendam. "Kalau berpapasan di jalan, kami bisa tawuran meski tak ada masalah. Biasanya kami kalah jumlah, tapi kami tetap nekat," kisah Pandu.


Pandu adalah satu di antara belasan anggota geng SMA Negeri 9 Yogyakarta. Nama geng di sekolah itu adalah Ganza (Sagan Zatu). Menurutnya anggota Ganza tak begitu banyak. Dari sejumlah 180 siswa angkatannya, ada 80 siswa laki-laki, dan tak lebih dari 15 siswa laki-laki bergabung geng Ganza. "Di kalangan kita tak ada paksaan, siapa yang mau gabung silakan gabung, yang tidak mau ya tidak apa-apa," kata Pandu.


Nama Ganza sudah banyak dikenal, terutama di kalangan remaja-remaja SMA di Yogyakarta. Kemunculannya pun masih belum lama, yaitu sekitar tahun 2004. Sebelum geng Ganza terbentuk, sudah ada geng bentukan para seniornya, yaitu Oseng-oseng. "Saya enggak tahu kepanjangan Oseng-oseng itu apa," ujar dia yang sudah bergabung dengan Ganza sejak 2009.


Izul (18), anggota Ganza yang lain, menuturkan, banyak dari para siswa yang hobi tawuran antar sekolah menggunakan senjata tajam, seperti pedang dan pisau. Bahkan ia sendiri pernah memergoki seorang di antara siswa SMA lain yang membawa senapan mirip pistol yang dibawa saat hendak tawuran. "Aku enggak tahu itu senjata beneran atau bukan. Karena waktu itu malam, jadi cuma tampak samar-samar," kisah Izul yang siswa kelas III IPA SMA Negeri 9 ini.


Menurut izul, anggota geng Ganza tidak pernah memakai senjata semacam itu. Senjata kelompoknya biasanya berupa keling (cincin berjeruji dari besi-red), batang besi sebesar jari kelingging hingga sebesar lengan sepanjang satu depa, doublestick, bata, dan sejumlah benda tumpul lainnya. Meski demikian, ia mengaku benda-benda seperti itu tetap saja bisa berakibat mematikan jika dilakukan secara brutal.


Namun itu dulu, sekitar satu hingga dua tahun lalu. Kini, baik Pandu maupun Izul sudah menginjak kelas III. Dan tak lama lagi mereka hendak bertarung dalam Ujian Nasional (UN) dan ujian masuk perguruan tinggi. Mereka mengaku, hal-hal semacam itu kini sudah lama mereka tinggalkan. "Tawuran-tawuran seperti itu hanya semasa kami kelas I dan II, begitu menginjak kelas III nyaris tidak pernah lagi ikut tawuran," kata Izul yang juga hobi bermain musik ini.


http://jogja.tribunnews.com/2011/01/22/rekruitmen-geng-ganza-tak-ada-paksaan
Read More..

Minggu, 11 Desember 2011

Pulang Sekolah Siswa SMA 9 Dibacok


Pelajar SMA 9 Yogyakarta, Rajibullah Himadudin (17) dibacok segerombolan pelajar dari sekolah lain, Rabu, (10/8), sekitar pukul 15.00 WIB. Akibat pembacokan itu, korban mengalami luka di bagian punggungnya.


Informasi yang dihimpun Tribunjogja.com, korban pulang dari sekolah melintas di seputaran Galleria Yogyakarta. Tiba-tiba dia dihadang oleh lima orang berboncengan sepeda motor.


Mereka diketahui menantang korban untuk diajak berkelahi, sebab merasa tidak kenal dengan penghadang, korban memilih untuk berbalik arah.


Panit Reskrim Polsek Gondokusuman Yogyakarta, Iptu Fx Wiratmo mengatakan, korban kemudian dikejar serta dipukuli hingga terluka di bagian punggungnya. "Dugaan sementara ada yang menggunakan senjata kemudian melukai korban,"katanya.


Korban kemudian jatuh tersungkur dengan luka dipunggungnya, lanjut Wiratmo, para pelaku kemudian kabur setelah melihat korban jatuh. "Korban masih dirawat di Rumah Sakit, dia belum kami mintai keterangan sebab kondisi belum memungkinkan,"ujarnya.




http://jogja.tribunnews.com/2011/08/11/pulang-sekolah-siswa-sma-9-dibacok
Read More..

Pelajar SMA Muhammadiyah Dikeroyok Siswa SMK


Tawuran antar pelajar terjadi di Yogya. Kali ini korbannya siswa SMK Muhammadiyah 3. Kejadian di Jalan Tegalturi, pada Sabtu (15/11/2011), membuat warga sekitar kaget. Bahkan, warga sekitar tempat pemukulan berusaha mengejar pelaku.

"Rombongan pelaku penyerangan berjumlah 20 motor," ujar Doni Kurniawan (27), warga Tegalturi, pada Tribun Jogja, Sabtu (15/1/2011).

Sayangnya, pengejaran itu tidak membuahkan hasil. Pelaku yang menggunakan 20 sepeda motor itu langsung tancap gas, begitu warga sekitar keluar dan hendak mengejar mereka.

Diceritakan Doni, saat itu korban sedang berboncengan menggunakan sepeda motor, melintas di Jl Tegalturi. Tiba-tiba dari belakang, sekitar 20 sepeda motor datang. Salah seorang pengejar itu menendang motor Doni hingga ambruk.

Siswa SMK Muhammadiyah yang sudah tak berdaya itu menjadi bulan-bulan rombongan Siswa SMA itu. Beruntung, warga segera datang dan penyerang langsung kabur.

Dengan badan memar dan sepeda motor yang rusak pada bagian tertentu, pelajar SMA Muhammadiyah itu langsung tancap gas menuju rumah. “Saya kenal dengan pelakunya,” kata Doni, tanpa merinci lebih jauh siapa dan dari sekolah apa sang penyerang.

Menurut informasi warga di Jl Tegalturi, penyerang yang berjumlah sekitar 20 sepeda motor itu berasal dari sekolah menengah kejuruan swasta yang menjadi musuh bebuyutan dari SMK Muhammadiyah 3.

(MZA vs GXR)
http://jogja.tribunnews.com/2011/01/15/pelajar-sma-muhammadiyah-dikeroyok-siswa-smk
Read More..

Anak Anggota TNI Ditusuk di Jalan Melati Gondokusuman


Riski Yuda S (16) seorang pelajar warga Triharjo, Sleman, Yogyakarta kini tak berdaya usai mengalami luka sedalam enam centimeter setelah dikeroyok sekelompok orang tak dikenal di Jalan Melati Wetan, Gondokusuman, Yogya. Kini polisi sedang memburu pelaku yang kabur usai melakukan aksi. 


Selasa (6/12) siang, anggota Reskrim Polsek Gondokusuman, Yogyakarta masih memburu sejumlah pelaku yang sudah dikantongi namannya. Penangkapan kepada tersangka pelaku penusukan anak anggota TNI itu hanya tinggal menunggu waktu. 


Kejadian penusukan itu terjadi pada Minggu (4/12) sekitar pukul 00.10 dini hari. Berdasarkan laporan orangtua korban Nawawi ke Mapolsek Gondokusuman, anaknya pamit pergi ke rumah rekannya, Sabtu (3/12).


“Sempat saya telpon jelang tengah malam. Dia mengatakan tidak apa-apa dan masih dengan rekannya,”kata Nawawi saat melapor ke polisi. 


Sejurus kemudian, pada hari Minggu pagi ssekitar pukul 05.30, teman korban Wisnu Angki (21) warga, Jogoyudan, Jetis, Yogyakarta menelpon Nawawi dan mengabarkan Riski berada di Rumah Sakit lantaran mengalami luka sebab dikeroyok orang.


Informasi sementara yang didapatkan dari Wisnu, malam itu korban bersama saksi sedang berjalan di seputaran Jalan Melati Wetan, Gondokusuman. Tiba-tiba, keduanya dicegat sekelompok orang hingga terjadi penusukan yang mengakibatkan korban menderita luka tusuk.




http://jogja.tribunnews.com/2011/12/06/anak-anggota-tni-ditusuk-di-jalan-melati-gondokusuman
Read More..

Anggota Geng Sekolah di Yogya Ditangkap Buser (Penusukan atas anak STM 1 YK)


Ditengah obrolan ringan anggota Buser Polresta Yogyakarta dan wartawan di ruang Buser Mapolresta, Rabu (7/12), Kasat Reskrim Polresta Kompol Donny Siswoyo tiba-tiba muncul diforum. Orang nomor satu di Satreskrim itu mengaku tak habis pikir dengan ulah anggota geng sekolah yang nekat melukai siswa lain hingga mengalami luka tusuk parah.


Dia heran di Kota Pelajar masih ada saja yang ikut geng dan menggunakan senjata untuk melukai siswa sekolah lain saat tawuran. Bahkan pada satu bulan terakhir tercatat sedikitnya dua aksi penusukan yang melibatkan geng yang anggotanya siswa sekolah.  


“Geng yang anggotanya siswa sekolah itu benar-benar sudah mulai membuat resah warga. Keliling-keliling kota sambil cari musuh, itu logikanya dimana,”kata Donny.  


Lontaran kekesalan itu muncul sebab pada sepekan terakhir aksi tawuran di Yogya makin merebak.  Bahkan menggunakan senjata tajam dan melukai siswa lain hingga mengalami luka parah. 


Apalagi anggota geng,Tak cukup menggunakan tangan kosong saat baku hantam, mereka menggunakan senjata tajam untuk melukai pelajar dari sekolah lain yang dianggap musuhnya.  


Selasa (6/12) petang, Satuan Reserse dan Kriminal Polresta Yogyakarta berhasil menangkap IP (17) alias koplo, pelajar warga Sidoagung, Godean yang tercatat sebagai siswa kelas 1 di satu Sekolah Menengah Atas (SMA) swasta daerah Wirobrajan, Yogyakarta.


Dia diketahui  terlibat aksi tawuran dengan pelajar lain dari SMK 2 Yogya pada Sabtu, (4/12) di daerah Wirobrajan, Yogyakarta. Pelaku berhasil melukai Yusuf Ramadan, siswa SMK 2 Yogya warga Piyungan, Bantul hingga mengalami luka di bagian perut. 


“Tiap-tiap kelompok disebar ke beberapa arah. Ada yang ke Utara, Selatan dan lainnya putar-putar. Kami juga diminta untuk mencari lawan dari sekolah lain,”kata Koplo saat diminta keterangan oleh penyidik, Rabu (7/12). 


Tanpa ekpresi bersalah, siswa kelas I itu mengaku sedang banyak masalah hingga nekat melampiaskan ikut geng kemudian tawuran dengan pelajar lain usai pulang sekolah. Dia juga tak menyangkal ikut geng sebab ada bujukan dari senior/alumni agar sekolah tetap eksis. 


Informasi yang dihimpun Tribun Jogja di Mapolresta menyebutkan, sebelum bentrok antar siswa, tiap anggota geng yang anggotanya siswa sekolah itu berkumpul seputaran sekolah, selanjutnya atas komando seseorang mereka bergerak ke berbagai arah secara bergerombol. 


Siang itu,  nasib apes menimpa Yusuf Ramadan, saat pulang dari sekolah berboncengan dengan rekannya, dia berpapasan dengan Koplo bersama gengnya yang diberi nama Respect.  Tanpa tedeng aling-aling, geng Respect menghajar Yusuf dan rekannya hingga mengalami luka tusuk. 


Tak cukup disitu, setelah putar putar anggota geng beranggotakan siswa itu pulang ke base came, mereka melaporkan kepada rekan lain dapat musuh dari sekolah mana saja. Setelah itu mereka baru membubarkan diri.


(RSP)
http://jogja.tribunnews.com/2011/12/08/anggota-geng-sekolah-di-yogya-ditangkap-buser
Read More..

Dua Anggota Geng Pelajar Yogya Ditangkap


Jajaran Kepolisian Kota Yogyakarta tangkap lagi dua alumni SMK Islam di jalan Bantul yang terlibat tawuran antar geng akhir pekan lalu. Kedua pelaku diketahui melakukan penusukan terhadap Riski Yuda (16) pelajar warga Sleman Yogyakarta hingga mengalami luka tusuk sedalam enam centimeter.


Dua alumni anggota geng yaitu Fredi (21) dan Anggun (21) keduanya alumni SMK Islam. Mereka bersama kelompoknya terlibat tawuran di Jalan Melati Wetan, Gondokusuman, Yogya pada Minggu (4/12) dini hari.


“Mereka mengeluarkan senjata tajam kemudian mengacungkan seolah menantang, selanjutnya terjadi bentrok,”kata tersangka di Mapolsek Gondokusuman, Jumat (9/12).


Keterangan dari saksi-saksi yang dimintai keterangan oleh penyidik Polsek Gondokusuman menyebutkan, kejadian bentrok antar geng itu diawali dari geng tersangka yang ditantang oleh kelompok lain hingga terjadi bentrok di seputaran sekolah Pangudi Luhur. 


Usai kejadian polisi langsung melakukan penyelidikan hingga dipastikan kedua tersangka yang melakukan penusukan terhadap korban yang sempat dirawat di Rumah Sakit lantaran kritis usai ditusuk. 


“Kami akan meningkat patrol di daaerah rawan tawuran. Khusus pulang sekolah dan pada malam liburan guna mengantisipasi kejadian serupa,”kata Kapolsek Gondokusuman, Hadi Sutomo.




http://jogja.tribunnews.com/2011/12/09/dua-anggota-geng-pelajar-yogya-ditangkap
Read More..